Minggu, 21 Agustus 2011

Seni Mendengar


Ditulis oleh: Anne Ahira
diteruskan oleh JOJO

Banyak orang bisa 'berkata', namun sedikit yang mau 'mendengar'. Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam, seharusnya kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara.
Bukankah Tuhan memberi kita dua telinga dan hanya satu mulut? :-)
Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir. Indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara?

Meski secara kasat mata mendengar adalah hal yang gampang, namun nyatanya banyak orang yang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan. Mendengarkan merupakan bagian esensi
yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus, biasanya akan muncul banyak masalah.sering terjadi, kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya tergantung pada cara kita.

Selalu merasa benar, paling kompeten, dan tidak pernah melakukan kesalahan. Duh... malaikat kali! :-)
Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar, dan cara kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah mendengarkan. Ide dan opini kita sangat sukar untuk diubah jika fakta tidak mendukung keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta pun kita mungkin hanya akan sekedar
meliriknya saja. Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita, tapi untuk jangka waktu yg
panjang, orang-orang akan menolak dan membenci kita.

Jika kita mau mulai mendengarkan orang lain, maka suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita. Jawaban untuk mengatasi sifat ini adalah mengasah skill mendengar aktif. Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut, tapi juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara. Mendengar adalah komitmen untuk memahami pembicaraan dan perasaan lawan bicara kita. Ini juga sebagai bentuk penghargaan bahwa apa yang orang lain bicarakan adalah bermanfaat untuk kita.
Pada saat yang sama kita juga bisa mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut.

Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika kita melakukannya dengan baik, orang-orang akan tertarik dengan kita dan interaksi kita akan semakin harmonis.
Berikut teknik mudah yang dapat dipraktekkan dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik :

1. Peliharalah kontak mata dengan baik.
Ini menunjukkan kepada lawan bicara
tentang keterbukaan dan kesungguhan
kita

2. Condongkan tubuh ke depan.
Ini menunjukkan ketertarikan kita
pada topik pembicaraan. Cara ini
juga akan mengingatkan kita untuk
memiliki sudat pandang yang lain,
yaitu tidak hanya fokus pada diri
kita.

3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang
butuh klarifikasi atau ada informasi
baru yang perlu kita selidiki dari
lawan bicara kita.

4. Buat selingan pembicaraan yang
menarik. Hal ini bisa membuat
percakapan lebih hidup dan tidak
monoton.

5. Cuplik atau ulang beberapa kata
yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
Ini menunjukkan bahwa kita memang
mendengarkan dengan baik hingga hapal
beberapa cuplikan kata.

6. Buatlah komitmen untuk memahami
apa yang ia katakan, meskipun kita tidak
suka atau marah. Dari sini kita akan
mengetahui nilai-nilai yang diterapkan
lawan bicara kita, yang mungkin berbeda
dengan nilai yang kita terapkan.

Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya. Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka suatu saat kita akan merasakan
manfaatnya.

Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun pekerjaan.

Kesimpulan: Jadilah pendengar yang baik, karena sifat ini bisa menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang positif, dan merupakan salah satu tangga untuk mencapai kesuksesan! :-)


Tentukan Perubahan - Jangan Menunggu!


Ditulis oleh: Anne Ahira
diteruskan oleh JOJO

Banyak orang yang suka mengeluh dalam hidupnya. Misalnya, dengan menyalahkan nasib buruk yang menimpanya. Tentu saja cara ini tidak akan pernah menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik, bukan?
Ada pepatah bijak mengatakan :

"You can not chance the wind direction,
but you can only chance your wing
direction"


Kita tidak akan pernah bisa merubah arah angin, yang dapat kita lakukan adalah mengubah arah sayap.
Dengan kata lain...

'Realita' kehidupan tidak akan berubah kecuali kita sendirilah yang mengubah 'sudut pandang' terhadap realita yang ada!
Fakta: "Tidak ada seorang pun yang
memilih kita untuk sukses. Kita sendirilah
yang menentukan pilihan tersebut!"

Kebanyakan orang akan tertarik sejenak ketika diingatkan akan hal di atas, tapi kemudian berlalu kembali.... Sementara waktu terus berjalan, dan akhirnya tidak pernah ada perubahan dalam hidupnya!
Sangat disayangkan.

Seringkali orang tidak berani melakukan perubahan dalam hidupnya. Dia hanya menunggu, dan menunggu adanya perubahan tersebut. Menunggu bantuan orang lain, menunggu bantuan teman untuk mendapatkan pekerjaan yang enak, sampai menunggu warisan ;-)
Sekarang logikanya, jika memang hanya dengan menunggu perubahan itu akan datang, maka jumlah orang sukses seharusnya jauh lebih banyak.
Bukankah kenyatannya tidak demikian?

Lalu, jika ingin sukses, apa yang seharusnya kita lakukan?

Ciptakan perubahan!

Jangan selalu menunggu orang lain.

Berikut beberapa tips yang bisa membantu
kita untuk menciptakan perubahan:

1. Do your best, whatever happens
will be for the best!


Lakukan dan selesaikan semua tugas
dan pekerjaan semaksimal mungkin,
bukan hanya terus menunggu dan
berharap.

Lakukan semuanya dengan tujuan
untuk selalu mendapatkan hasil *terbaik*
yang bisa di capai!

2. Mulai buat jaringan seluas-luasnya.

Dengan banyak mengenal orang,
maka pengetahuan kita akan semakin
bertambah.

Seseorang yang kelihatannya sederhana
bisa jadi menyimpan kedalaman ilmu
yang tidak kita duga!

Oleh sebab itu, alangkah bijaknya jika
kita menjadikan 'setiap orang adalah guru'
dan kehidupan ini adalah universitasnya.

3. Berusahalah selalu untuk bersikap proaktif.

Sikap ini sangat diperlukan jika ingin
mendapatkan kesempatan yang lebih
luas dan cepat dalam berbagai macam hal!

4. Bersikaplah Fleksibel.

Cobalah untuk memahami suatu hal
dari berbagai sudut pandang. Jangan
terpaku pada satu cara, yang bisa jadi
tidak lagi relevan kita gunakan.

Dengan bersikap fleksibel, wawasan
kita akan semakin bertambah.

Satu hal penting yang harus selalu diingat:
Kita-lah yang memutuskan untuk berubah.
Kita-lah yang menentukan menjadi sukses,
bukan orang lain!

Jika pilihan sukses tidak pernah kita ambil,
maka orang lain akan mengambil pilihan tersebut.
Dan, kita akhirnya hanya akan menyaksikan
kesuksesan mereka, tanpa pernah merasakannya...

Bukankah anda tidak berharap demikian?
Jika memang tidak, tentukan perubahan...
MULAI HARI INI. Jangan terus menunggu! ^_^

Sukses untuk anda :-)

Kritik Anda adalah Kue Anda



Ditulis oleh: Anne Ahira

diteruskan oleh JOJO


"Anda tidak berhak dipuji kalau tidak
bisa menerima kritikan."

-- Halle Berry, 2005

Itulah kalimat dahsyat yang disampaikan Halle Berry, artis peraih Oscar melalui film James Bond 'Die Another Day' di tahun 2004 ketika mendapat piala Razzie Award.
Razzie Award adalah penghargaan yang diberikan kepada mereka yang dinilai aktingnya buruk. Label pemain terburuk ini didapatkan Halle setelah memainkan perannya di film 'Cat Woman'.

Ia adalah orang yang pertama kali langsung datang ke tempat pemberian penghargaan tersebut.
Tidak ada Aktor dan Artis lain sebelumnya yang sanggup datang dan hanya menyampaikan pesannya melalui video.

Sambutannya sungguh menarik : "Saya menerima penghargaan ini dengan tulus. Saya menganggap ini sebagai kritik bagi saya untuk tampil lebih baik di film-film saya berikutnya. Saya masih ingat pesan ibu saya bahwa... 'Kamu tidak berhak dipuji kalau kamu tidak bisa menerima kritikan'." Tepukan tangan sambil berdiri sebagai bentuk ketakjuban dari para hadirin sangat memeriahkan malam itu. Ya, sangat sedikit orang yang sanggup menerima kritikan seperti Halle.

Nah, sekarang, apa arti kritik bagi anda? Apakah itu musibah buruk? Seperti bencana yang tidak terduga, atau... simbol kehancuran diri? Adakah yang bisa menganggap kritik layaknya ia
menerima pujian?
Kritik memiliki banyak bentuk...

Kritik bisa berupa nasehat, obrolan, sindiran, guyonan, hingga cacian pedas. Wajar saja jika setiap orang tidak suka akan kritik. Bagaimanapun, akan lebih menyenangkan jika kita berlaku dan tampil sempurna, memuaskan semua orang dan mendapatkan pujian.

Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa aman dari kritik? Toh kita hanyalah manusia dengan segala keterbatasannya. Dan nyatanya, di dunia ini lebih banyak orang yang suka
mengkritik, daripada dikritik. :-)
Kalau anda suka sepak bola, pasti sering mengamati para komentator dalam mengeluarkan pernyataan pedasnya.

Padahal belum tentu kepandaian mereka dalam mengkritik orang lain sebanding dengan kemampuannya jika disuruh memainkan bola sendiri di lapangan. ;-)
Belum lagi para pakar dan pengamat politik, ekonomi, maupun sosial. Mereka ramai-ramai berkomentar kepada publik, seolah pernyataan merekalah yang paling benar. :-)
Namun bukan itu permasalahannya!

Pertanyaannya sekarang adalah...
seandainya anda mendapatkan kritikan, yang sakitnya melebihi tamparan, apa yang harus anda lakukan?
Jawabannya adalah...

=> Nikmatilah setiap kritikan layaknya
kue kegemaran kita!

Mungkinkah? Mengapa tidak! :-)

Kita mempunyai wewenang penuh untuk
mengontrol perasaan kita.
Berikut tips untuk anda saat menghadapi
kritik:

1. Ubah Paradigma Terhadap Kritik

tidak sedikit orang yang jatuh
hanya gara-gara kritik, meski tidak
semua kritik itu benar dan perlu
ditanggapi. Padahal, kritik menunjukkan
adanya yang *masih peduli* kepada kita.

Coba perhatikan perusahaan-perusahaan
besar yang harus mengirimkan berbagai
survey untuk mengetahui kelemahannya.

Bayangkan jika anda harus melakukan
hal yang sama, mengeluarkan banyak uang
hanya untuk mengetahui kekurangan
! LoL. :-)

Kritik merupakan kesempatan untuk
koreksi diri. Tentu saja akan
menyenangkan jika mengetahui secara
langsung kekurangan kita, daripada
sekedar menerima dampaknya, seperti
dikucilkan misalnya.

2. Cari tahu sudut pandang si pengkritik

Tidak ada salahnya mencari tahu detil
kritik yang disampaikan. anda bisa
belajar dari mereka dan melakukan
koreksi terhadap diri sendiri. Bisa jadi
kritik yang disampaikan benar adanya.

Jika perlu, justru carilah orang yang
mau memberikan kritik sekaligus saran
kepada anda. Toh anda tidak akan
menjadi rendah dengan hal itu.

Justru sebaliknya, pendapat orang bisa
jadi membuka persepsi, wawasan, maupun
paradigma baru yang mendukung goal
anda.

3. Kritik tidak perlu dibalas dengan kritik!

Tanggapi kritik dengan bijak.
tidak perlu merasa marah atau
memasukkannya ke dalam hati. Toh
menyampaikan pendapat adalah hak semua
orang.

Nikmatilah apapun yang mereka
sampaikan. Tidak ada ruginya untuk
ringan dalam mema'afkan seseorang.
Anggaplah semua itu untuk perbaikan
yang menguntungkan kelak.

Jangan pernah balas kritik dengan
kritik. Karena hal ini hanya akan
membuat perdebatan, menguras tenaga &
pikiran. Tidak ada gunanya...

4. Terimalah kritikan dengan senyuman. ^_^

Ini semua bisa melatih mental kita agar
bisa *tegar* menghadapi ujian yang
lebih hebat di kemudian hari.

Singkatnya, kita memang hanya layak
dipuji jika sudah berani menerima
kritikan. Meski tidak mudah, asah terus
keberanian untuk menikmati kritik
layaknya menikmati kue

Ingat, pujian dan apresiasi hanya akan
datang apabila kita sudah melakukan
sesuatu yang berharga.

So, jangan pernah bosan untuk memburu
kritik, dan tanggapilah setiap kritik dengan
lapang dada! :-)

Bagaimana Kita Tahu Kalau Diri Kita Menjadi Manusia Baru?


Hore,

Hari Baru!

Teman-teman.

Bagaimana kita tahu kalau diri kita menjadi manusia baru? Sebuah pertanyaan tak bermutu. Tapi, mungkin ada gunanya juga jika mencoba menemukan jawabannya. Soalnya, ’menjadi manusia baru’ itu tidak seperti ’memiliki barang baru’. Anda bisa memamerkan mobil baru, hand phone baru, atau benda-benda baru kasat mata lainnya. Jadi mengidentifikasi apakah kita menjadi manusia baru atau tidak; bagaimana caranya?

Salah satu kegiatan favorit saya di fitness senter adalah mengikuti Cycling Class. Disana kita bisa mendapat manfaat bersepeda tanpa resiko keserempet kendaraan atau menghisap udara terpolusi. Ketika memasuki kelas, kami semua mendapatkan kejutan. Ternyata semua Spinning bike atau speda statis di kelas itu sudah diganti dengan model baru. Prinsip kerjanya sama saja, namun penampilan dan disainnya benar-benar baru. Kami tentu senang dengan kejutan itu. Tetapi, sekarang kami grogi bagaimana melakukan menyetelan bagian-bagiannya. Meskipun instruktur kami membantu tahapan-tahapannya, namun kami tidak bisa menyembunyikan perasaan aneh itu. Untungnya, semua orang merasakan hal yang sama sehingga tidak ada resiko tengsin disana.

Sambil mengayuh pedal spinner itu saya membiarkan pikiran ini berkeliaran. Mengapa tadi kami begitu canggungnya ketika akan menyetel spinner? Penyebabnya cuma satu; spinner itu bukan yang selama ini kami gunakan. Ah, itu dia. Spinner baru! Mungkin kita bisa menggunakan logika yang sama untuk menentukan apakah kita sedang berubah untuk menjadi manusia baru atau tidak. Setidak-tidaknya, ada beberapa indikasi yang bisa kita periksa.

Pertama, kita tidak sedang berubah untuk menjadi manusia baru ketika hari-hari yang kita jalani tidak memberikan rasa asing kepada diri kita. Rasa asing adalah sensasi yang kita miliki hanya ketika berada pada situasi yang baru. Oleh sebab itu, ketiadaan perasaan asing menandakan bahwa kita sedang menjalani hari-hari yang sama dengan yang sebelum-sebelumnya.

Kedua, kita tidak sedang berubah untuk menjadi manusia baru ketika kita tidak dihinggapi oleh perasaan grogi. Rasa grogi adalah sensasi yang kita miliki hanya ketika berada pada situasi atau berhadapan dengan orang baru. Oleh sebab itu, ketiadaan perasaan grogi juga menandakan bahwa kita sedang berhadapan dengan urusan atau tantangan, atau orang yang itu-itu saja.

Dari kedua hal itu, kemudian saya mendapatkan pelajaran berharga. Saya sering merasa tidak nyaman ketika berada dalam suasana yang serba asing. Padahal ternyata untuk bertumbuh, saya sungguh butuh suasana asing seperti itu. Sebab, jika suasana yang saya hadapi masih yang itu-itu juga, saya hanya akan mendapatkan rasa nyaman. Namun saya kehilangan kesempatan untuk memperoleh hal-hal baru yang bisa memperkaya nilai hidup saya.

Saya juga sering alergi terhadap rasa grogi. Walhasil, saya memilih untuk berinteraksi dan berurusan dengan orang atau tantangan yang itu-itu saja. Ya, yang itu-itu saja. Sebab semua hal yang termasuk dalam kategori ’itu-itu saja’ itu memberi saya keyakinan diri yang tinggi; bahwa saya bisa menanganinya dengan sangat baik sekali. Tanpa terasa, saya memenjarakan diri dalam comfort zone yang melenakan.

Setelah menyelesaikan cycling class itu semua orang keluar meninggalkan ruangan. Sebelum pergi, saya kembali menatap spinner-spinner baru itu. Saya mengelus salah satunya sambil setengah bergumam; kamu sudah memberikan kegairahan baru kepada kami hari ini. Aih, ’memberi kegairahan baru’? Bualan macam apa lagi tuch? Sungguh, bualan itu membawa saya kepada penemuan indikasi ketiga yang menandakan kita sedang berubah menjadi manusia baru.

Maka ketiga, kita tidak sedang berubah untuk menjadi manusia baru jika kita tidak mampu memberikan kegairahan baru kepada orang lain yang berada disekitar kita. Seperti halnya spinner baru itu. Karena dia itu baru, maka semua orang di ruangan itu memperoleh semangat baru, gairah baru, dan perasaan indah yang baru.

Barangkali dari semua indikasi itu, maka indikasi yang ketiga adalah yang paling nyata dampaknya. Artinya, ketika kita berhasil membangun kegairahan baru bagi orang-orang di sekitar kita; maka sesungguhnya kita sedang berubah untuk menjadi manusia baru.

Ngomong-ngomong, mengapa kita mesti pusing memikirkan apakah kita berhasil menjadi manusia yang baru atau tidak? Hey, tujuh hari yang lalu; kita semua tenggelam dalam euforia detik-detik pergantian tahun baru. Jika untuk sekedar seremoni simbolik begitu saja kita rela mengalokasi bermacam sumber daya; maka mengapa kita enggan untuk mengusahakan dan mengupayakan proses pembaharuan didalam diri kita?

Oleh sebab itu, mulai sekarang; jika saya merasa asing. Atau grogi. Saya bertekad untuk tidak khawatir lagi. Karena hal itu baik adanya. Malah sebaliknya, kita perlu mencari rasa itu. Agar bisa berubah untuk menjadi manusia baru. Dan memberi kontribusi lebih banyak lagi. Baik kepada diri sendiri. Maupun orang lain yang berada di sekitar kita.

Hore, Hari Baru!

diteruskan oleh JOJO

Dadang Kadarusman

Jumat, 19 Agustus 2011

Seperti Apa Anda Mengukir Sejarah?


Ditulis oleh: Anne Ahira
diteruskan oleh JOJO

"The difference between a successful person and others is in a lack of will" ~ Vince Lombardi, Football Coach

kebanyakan manusia cukup puas hanya dengan... Lahir - Hidup - dan lalu meninggal. Hingga akhirnya yang tertinggal hanya tiga baris di batu nisannya :

Si X, lahir tanggal sekian, dan meninggal tanggal sekian! Inginkah anda menjalani hidup apa
adanya seperti itu? Seperti apa anda mengukir sejarah? Ada 3 hal yang bisa membedakan anda dengan kebanyakan orang dalam mengukir sejarah, yaitu...

Kemauan, Keilmuan dan Kesempatan.

1. Kemauan

Kemauan menjadi kata kunci yang paling
penting dalam menentukan sejarah hidup


anda mau menjadi apa? Seperti apa? dan
di mana? Tentunya hanya anda yang
paling mengetahuinya!

Cobalah catat semuanya. Baik itu
melalui memori, diary, atau melalui
selembar kertas sekali pun! anda pasti
punya kemauan!

Jangan pernah katakan anda tidak punya
kemauan. Hidup itu terlalu pendek untuk
disia-siakan.

2. Keilmuan

Percaya, segala sesuatu itu pasti ada
ilmunya! Jika anda punya kemauan dan
memiliki ilmunya, maka segala usaha
akan tercapai dengan lebih baik.

Itu sebabnya anda harus mau belajar
dan belajar. anda bisa belajar dimana
saja, kapan saja, dan dengan siapa
saja.

Ingat, tidak pernah ada kata terlambat
untuk belajar, mengenal, memahami, dan
mengamalkan sesuatu hal yang bermanfaat
bagi kehidupan anda, begitu juga bagi
orang lain.

Dan satu lagi....

3. Kesempatan

Jika kemauan ada, keilmuan ada, maka
tinggal kesempatanlah yang memutuskan
apakah anda bisa mengukir sejarah
dengan baik atau tidak.

Kesempatan ini bisa datang dari mana
saja, tergantung kecekatan anda dalam
memanfaatkan setiap peluang yang ada.

Kita tahu, seringkali kesempatan itu
hadir, tapi kita tidak mampu
memanfaatkannya dengan benar, karena
keilmuannya kurang, meski keinginan
kita itu sebenarnya sudah besar.

Jika ini terjadi, tidak jarang orang
menyesal dan kadang menjadi berfikir
bahwa nasib selalu tidak berpihak
padanya.

Sebenarnya tidak demikian ! Dia
hanya tidak tahu bagaimana cara
menyatukan 3K! Yaitu...

Kemauan, Keilmuan dan Kesempatan!

Nah, sekarang anda tahu, apa yang
harus dilakukan untuk bisa mengukir
sejarah dengan baik dalam hidup !

Padukan antara kemauan, keilmuan dan
kesempatan. Jika kemauan sudah ada,
keilmuan sudah ada, maka kesempatan itu
sebenarnya bisa dicari dan diupayakan!

Dan percaya... ketika ketiga unsur ini
berpadu dalam hidup anda, maka sejarah
kebesaran tentang anda telah dimulai. :-)

Selamat mencoba!

Di Mana Tempat Terbaik Kita?


Ditulis oleh: Anne Ahira

diteuskan oleh JOJO

Dimanapun kita berada, maka disitulah tempat terbaik kita..!
Seringkali kita merasa terkungkung dengan lingkungan dimana kita berada. Tidak jarang orang berpikir dan merasa bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk bisa meraih sukses.

Misalnya mereka yang hidup di daerah terpencil, merasa susah, dan jauh untuk mendapat sentuhan teknologi, atau menerima informasi terbaru dengan cepat. Hingga berpikir, begitu susahnya berjuang dan mengembangkan usaha.

Sebaliknya, mereka yang hidup di kota besar berpikir betapa sesaknya dunia. Begitu ketatnya tingkat persaingan hidup.
Dimana pun berada, saling sikut, saling senggol, saling tendang. Hingga akhirnya memutuskan, memang susah untuk menjadi yang terdepan.

Dalam berjuang segala sesuatunya memang seringkali tidak sesuai keinginan kita. Bisa jadi kita merasa lingkungan tidak lagi ramah, dan kondisinya tidak nyaman. Padahal sesungguhnya, dimanapun kita berada, pahami bahwa ITULAH tempat terbaik kita. Tempat dimana kita hidup,
tempat di mana kita memperjuangkan apapun yang kita inginkan.

Sekarang, mari kita renungkan sejenak...

1. Jika kita selalu saja berpikir bahwa
tempat lain adalah lebih baik, maka
sampai kapan kita akan mulai berjuang?

2. Jika kita selalu saja menunggu
datangnya kesempatan emas di tempat
lain, berapa banyak waktu yang
terbuang, hanya sekadar untuk
menunggunya?

3. Jika kita selalu saja menunda apapun
yang bisa kita lakukan di tempat kita
berada sekarang, maka berapa banyak
kesempatan yang terbuang percuma?

Dan masih banyak lagi hal yang perlu
kita renungkan..!

Karenanya, jika saja kita mau berpikir bahwa inilah tempat terbaik kita, maka kita akan memiliki kesadaran dan kemampuan untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik, lebih bernilai, dan penuh arti!
anda temanku tersayang...

Kita semua memiliki kesempatan emas untuk menjadi besar & benar dimana saja... asal, kita mau memperjuangkannya!

Saat Kenyataan Tak Sesuai Impian...



Ditulis oleh: Anne Ahira

diteruskan oleh JOJO

Banyak orang yang merasa frustasi karena kenyataan mereka tidak sesuai dengan impian. Sebagai contoh, ada seorang anak yang ingin kuliah di Universitas A, tapi nyatanya biaya tidak mencukupi. Atau, mereka yg merantau ke kota besar, bermimpi ingin mendapatkan pekerjaan berkelas nasional bahkan internasional, tapi nyatanya yang didapatkan hanyalah pekerjaan biasa-biasa saja & apa adanya.

Ada juga seorang pengusaha, yg mungkin mengharapkan kenaikan profit 10 kali, malah mengalami kebangkrutan. Apa yang kita harapkan, kadang memang tidak sesuai dengan kenyataan. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Berikut adalah 3 langkah atau tips yang bisa di lakukan saat mimpi tidak sesuai dengan kenyataan:

1. Bertindaklah selalu secara fleksibel
dan dinamis

Jika betul-betul ingin menggapai
kesuksesan, maka diperlukan *kesiapan*
untuk bisa bertindak secara fleksible
dan dinamis terhadap setiap perubahan
yang terjadi.

Sekarang, saya akan buat sebuah analogi
sederhana...

Saat ada badai atau angin topan yang
besar, tidak jarang kita melihat pohon
yang memiliki batang yang sangat besar
tumbang! Apa sebab?

Sebab mereka tidak kuat menahan beban
yang diterima.

Namun coba tengoklah bambu! Karena
batangnya yang lentur, maka bambu bisa
fleksibel bergerak ke segala arah, dan
jarang tumbang!

Nah, begitu pun dengan kita! Jika kita
bertindak dan berpikir dinamis dan juga
fleksibel, maka kita akan lebih tahan
dalam menghadapi tantangan dan
perubahan serta masalah yang datang.

2. Berpikirlah bahwa INILAH yang terbaik
untuk kita!

Saat kenyataan tidak sesuai dengan
impian, percayalah bahwa inilah yang
terbaik untuk kita. Kita tidak pernah
tahu skenario yang telah ditetapkan-Nya.

Karena, segala sesuatu yang menurut
logika kita baik, bisa jadi justru
sebaliknya di mata Tuhan!

Berpikirlah selalu positif atas apapun
yang terjadi pada diri anda. Jangan
biarkan satu kegagalan membuat kita
kecewa, apalagi sampai frustasi dan
berlarut-larut.

anda tahu apa yang saya lakukan jika
ada satu mimpi atau keinginan saya
tidak kesampaian? Saya biasa mengatakan:

"Sudahlah Ahira, kamu tdk perlu kecewa,
don't ask me why, it is GOOD for you!
Sekarang kamu dengarkan baik-baik, Tuhan
akan menggantinya dengan YANG LEBIH BAIK!
Tuhan tau kamu orang yg baik & bijaksana.
Hidupmu penuh dengan kelimpahan, dan kamu
memang dilahirkan utk slalu jadi pemenang!"

Saya biasa mengatakannya di depan cermin
dengan penuh keyakinan, tentunya saat
saya sendirian! hehe... It works for me! :-)

Anda juga boleh coba nanti ;-)

Apa yang saya lakukan di atas itu
adalah 'afirmasi'.

Afirmasi adalah kata-kata positif yang
diucapkan berulang-ulang & diyakini untuk
membentuk citra postif untuk mengurangi
sikap-sikap negatif dalam diri kita.

Kata-kata afirmasi ini bisa kita buat/
rancang sendiri, dan lalu bisa diucapkan
secara verbal atau dalam hati. Menurut ahli
Hynotherapy, afirmasi itu akan 'terekam'
oleh alam bawah sadar kita.

Dan jika terus-menerus diucapkan & dengan
penuh keyakinan, maka kita SEDANG atau
AKAN menjadi seperti itu adanya, yang
kita ucapkan! Dengan kata lain, afirmasi
itu sama seperti DO'A.

Okay, sekarang selanjutnya! :-)

Meski saat ini apa yang kita harapkan
belum sesuai dengan impian, namun kita
harus....

3. Tetap Siapkan MENTAL PEMENANG!

Saat kita mengalami kegagalan, lebih
baik instropeksi diri daripada
menyalahkan takdir. Siapa tahu, kita
memang belum siap jadi pemenang! :-)

Bisa jadi kesuksesan hanya akan membuat
kita menjadi sombong, dan karena saking
sayangnya Tuhan kepada kita, Ia tidak
mau hamba-Nya berbuat dosa. :-)

setiap kemenangan itu lebih baik
dirintis dari setiap peluh kita! Akan
lebih baik jika kemenangan itu kita
dapatkan setahap demi setahap.

Banyak orang sukses, tapi kemudian
mereka terjatuh. Ada yang bangkit lagi,
ada yang tidak. Liku hidup setiap
manusia memang tidak sama.

Tapi ingat, kesempatan untuk menang
itu selalu terbuka bagi siapa saja,
tanpa terkecuali!

Rejeki dan kemenangan itu sungguh tidak
terkira banyaknya dari Tuhan, masih
banyak yang menggantung di langit! :-)

Sekarang tinggal bagaimana cara anda!
Apakah mau meraihnya? atau mengharapkan
turun dengan sendirinya?

Saya sarankan, jangan pernah memilih
yang kedua :-)

Kita semua tahu bahwa yang namanya
kemenangan itu seringkali dimiliki oleh
mereka yang... tdk pernah berhenti berusaha!

Kamis, 18 Agustus 2011

Bekal Sukses Itu Bernama "PD"


Ditulis oleh: Anne Ahira
diteruskan oleh JOJO

Masalah krisis kepercayaan diri (krisis
PD) seringkali menjadi salah satu
masalah klasik yang dialami oleh
sebagian orang.

Meski kelihatannya sederhana, namun
jika dibiarkan berlama-lama, krisis PD
bisa jadi bumerang tersendiri. Salah
satunya, potensi yang ada dalam diri
kita akan terhambat.

Sekarang mari kita ulas sejauh mana
pengaruh kepercayaan diri bisa
mempengaruhi keberhasilan seseorang.

Saat menghadiri seminar atau sebuah
pertemuan misalnya, banyak di antara
kita yang lebih nyaman memilih tempat
duduk di belakang ketimbang di depan.

Alasannya kadang sederhana.. "takut
ditanya sama si pembicara". lol

Namun saat seminar sudah dimulai, yang
duduk paling belakang seringkali jadi
tidak begitu kelihatan atau terdengar
dengan baik apa yang dibicarakan oleh
si pembicara karena terhalang oleh
mereka yang duduk di depan!

Pernah merasa seperti itu? :-)

Atau saat kita masih berstatus pelajar,
apakah kita termasuk yang malu-malu
untuk angkat tangan dan memberikan
jawaban yang sebenarnya kita tahu atas
pertanyaan yang ditanyakan guru kita? :-)

Sekarang, mari kita cari tahu apa saja
yang menyebabkan orang suka minder atau
kurang PD! Berikut beberapa alasannya:

1. Sering berpikir yang 'tidak-tidak'
tentang diri mereka!

"Coba kalau aku tinggi, aku mau dong
jadi model terkenal seperti Luna Maya!
...Tapi sayang, aku nih pendek & item,
gigiku gondrong lagi!!"
** lol, kasihan amet... hehe

jangan pernah memandang
sebelah mata terhadap diri kita. Semua yg
kita miliki adalah anugerah Tuhan yang pasti
ada manfaatnya.

2. "Takut Salah" bisa membuat kita
tidak maju.

Jika kita selalu takut salah dalam
melakukan sesuatu, maka pastinya kita
tidak akan pernah bisa berhasil.

Janganlah takut salah! Karena
kesalahan sebenarnya adalah langkah
awal menuju keberhasilan.

Tokoh-tokoh besar dunia yang
penemuannya sekarang kita nikmati,
dulunya mereka banyak melakukan
kesalahan. Namun, mereka terus dan
terus mencoba untuk memperbaiki
kesalahannya hingga tercipta sebuah
penemuan yang besar, seperti lampu
pijar, pesawat terbang, Google :-)

Dan masih banyak lagi yang lain!
Oleh sebab itu, jangan pernah takut
salah!

3. Jika kita bergaul dengan pengecut,
otomatis kita juga akan jadi pengecut

pergaulan bisa mempengaruhi
kepribadian kita. Jika kita berada di
lingkungan yang mayoritas tidak punya
rasa PD tinggi, maka jangan harap
bisa PD.

Yakinlah, sedikit banyak, PD kita
sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dimana kita berada. Oleh sebab itu,
pandai-pandailah mencari teman atau
pergaulan yang memiliki kepercayaan
tinggi.

anda juga pasti pernah mendengar
istilah "Jika ingin kaya, bergaulah
dengan orang-orang kaya".

Maksudnya, bukan berarti kalau kita
tidak punya uang bisa bersandar pada
mereka dan pinjam uang! :-) Tapi tujuan
kita adalah bisa menyerap 'cara
berpikir' mereka yang bisa membuat
mereka menjadi kaya!

4. Tidak perlu terpengaruh pendapat
orang lain

Kita seringkali terpengaruh dengan
pendapat orang lain. Sayangnya, tidak
semua pendapat itu benar. Pendapat atau
masukan dari luar boleh saja kita
tampung. Tugas kita adalah *mengolahnya*,
sekaligus untuk evaluasi diri.

Jika ada pendapat yang justru membuat
kita menjadi mundur dan tidak
berhasil, maka kita perlu menolaknya,
tanpa perlu terpengaruh oleh pendapat
itu.

Singkat kata, hilangkan jauh-jauh rasa
minder dalam diri kita. tidak
perlu resah dengan kekurangan yang ada.
Jika ada melakukan kesalahan, tinggal
perbaiki kesalahan yang buat, dan
jadikan kesalahan itu sebagai pengalaman.
The last but not least...
Selalu perkaya diri dengan ilmu
.
Karena dengan memiliki banyak ilmu,
otomatis kekurangan kita dalam hal lain bisa
tertutupi oleh kelebihan lain yang kita miliki!

begitu banyak orang yang tidak
menyadari 'sleeping giant' dalam
dirinya. Potensi dahsyat dan besar yang
acapkali diabaikan oleh alam pikirannya
sendiri, yaitu perasaan minder!

So, percaya dirilah ! Agar semua potensi
dahsyat yang di miliki *keluar* dan
tidak lagi terhambat! :-)

Putuskan Benang Itu!



Ditulis oleh: Anne Ahira

diteruskan oleh JOJO

"Seutas benang itu sesungguhnya hanya
ada dalam pikiran Anda!"

Ada kisah nyata tentang seekor gajah.
Sejak kecil ia sudah dirantai kakinya
dengan seutas rantai sepanjang 4 meter.

Apa yang terjadi ketika rantai itu
diganti dengan seutas benang?

Gajah itu tetap saja berkeliling & tidak
berani melangkah keluar dari area
lingkaran 4 meter tersebut!

Dari kisah ini, pelajaran apa yang
bisa kita ambil?

Maaf, saya tidak bermaksud menyamakan
diri kita dengan seekor gajah. :-)

Namun bisa jadi, kita pun memiliki
'keterbelengguan' dengan seutas tali
yang mengikat diri kita!

Kita tidak berani keluar dari zona yang
dianggap nyaman. Meski sesungguhnya,
kita bisa melakukan banyak hal hebat
dari perkiraan kita!

Mari kita jujur pada diri sendiri,
berapa banyak kesempatan yg sebenarnya
hadir, melintas di depan anda, namun
anda tidak mempedulikannya?

anda mungkin menganggap peluang itu
'terlalu tinggi' untuk anda, dan
merasa tidak pantas berada disana.

Atau mungkin anda malah merasa tidak
mampu untuk melakukan hal itu padahal
sama sekali belum pernah mencobanya?

Kita semua tahu, segala hal yang
menurut kita 'begitu hebat', seringkali
tidak selalu seperti yang kita
bayangkan.

Atau hal yang kita anggap sulit,
kadang sebenarnya sangat gampang!

Ada dua kunci dalam hal ini :

1. anda akan bisa jika anda berpikir bisa
2. anda akan gagal jika anda berpikir gagal

So, jangan menyalahkan siapapun jika
kesuksesan belum menghampiri diri kita.
Sebab, faktor utamanya terletak pada
diri kita sendiri.

Oleh sebab itu, perhatikan dengan
seksama, dan tanya pada diri sendiri,
adakah seutas benang yang telah
membelenggu diri kita selama ini?

Jika ya, maka segeralah untuk putuskan
benang itu!

Cobalah bergerak maju dari lingkaran
yang selama ini kita buat dan telah
membelenggu diri kita sendiri!

Peluang itu sebenarnya selalu hadir
kapan saja. Namun, karena kita selalu
saja menutup mata, telinga, dan pikiran
kita, maka peluang itu akan terlewat
begitu saja!

Jika anda masih saja ragu untuk
melangkah, cobalah untuk melatihnya
sedikit demi sedikit. Dan jika anda
sudah yakin, maka segeralah berlari cepat,
keluar dari keterbelengguan anda!

Jika sudah seperti ini, maka siapa lagi
yang diuntungkan, jika bukan anda
sendiri? :-)



Okay, sampai ketemu nanti! :-)

Peran Pribadi Di Dunia Kecil Kita

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Dunia kita terbilang besar. Buktinya, tak seorangpun pernah menginjakkan kakinya di setiap jengkal tanah. Dunia kita juga kecil. Buktinya, kita lebih banyak menghabiskan waktu di tempat atau lingkungan yang itu-itu saja. Di awal milenium ketiga, kita menyebut dunia sudah menjadi datar. Mungkin, hari ini kita boleh mengatakan jika dunia sudah mengkerut. Betapa tidak? Jarak sudah tidak lagi relevan dizaman ini. Pengaruh tindakan kita bisa secepat kilat menyebar ke seluruh dunia. Gagasan yang dilontarkan seseorang di New York City, bisa sampai ke Jakarta dalam sepersekian detik. Sebaliknya, gagasan yang kita bagikan di Jakarta, bisa memasuki setiap lorong jembatan komunikasi di seluruh dunia dalam sekejap mata. Kecilnya dunia, tidak hanya berupa kiasan. Tetapi juga bermakna sebenarnya. Lingkungan yang kita tinggali, adalah dunia kecil yang sesungguhnya. Sudahkah kita memainkan peran pribadi untuk menjadikan dunia kecil kita lebih baik dari hari ke hari?
Sudah lama saya tidak menggunakan jembatan yang menghubungkan Polda Metro Jaya dan Plaza Semanggi. Ketika kesana kemarin, suasananya berbeda sekali. Sejak menginjak tangga pertama, saya tidak melihat sampah atau debu yang biasanya menumpuk. Begitu tiba diatas, saya mengerti; mengapa jembatan itu sedemikian bersihnya. Ada seorang pribadi istimewa yang beringsut-ingsut menyapunya. Mengapa dia istimewa? Karena tubuhnya tidak sesempurna kebanyakan orang. Namun, dengan tangan yang hanya sebelah itu, dia melakukan sesuatu yang membuat lingkungannya menjadi bersih. Dalam keadaan yang serba terbatas itu, dia telah memainkan peran penting untuk menjadikan dunia kecilnya indah. Bagaimana dengan kita? Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar mengambil peran pribadi dalam dunia kecil yang kita huni, saya ajak untuk memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:
1. Pilihlah peranmu sendiri. Ada yang berperan sebagai pengemis, pedagang, pejalan kaki, pembuang sampah, bahkan mungkin juga disana ada pencoleng. Tetapi, Bapak yang tubuhnya tidak sesempurna kita itu memilih perannya sendiri. Peran yang sungguh membuat dunia kecil itu begitu indah. Semua jembatan penyeberangan membutuhkan orang yang mau memilih peran positif seperti beliau. Dunia kecil yang kita tinggali juga sama. Dunia kecil kita, bisa saja berupa ruang kantor yang yang kita datangi setiap hari. Komplek perumahan yang kita tinggali. Atau komunitas dunia maya dimana kita bergabung didalamnya. Didalam dunia kecil kita, setiap orang mengambil perannya sendiri-sendiri. Pribadi istimewa itu menunjukkan bahwa dimanapun kita berada, hendaknya kita memilih peran kita sendiri. Beliau memberi contoh agar kita mengambil peran yang bernilai dan memberi dampak positif bagi dunia kecil kita. Beliau tidak memiliki kesempurnaan fisik. Namun jiwanya begitu sempurna. Pakaian yang beliau kenakan dipenuhi dengan debu. Namun, hati beliau berkilau dengan cahaya. Melihat beliau, seolah sedang menyeru sebuah kalimat indah; “Wahai pribadi-pribadi yang fisiknya sempurna, sudahkah engkau memilih peran untuk memperindah dunia kecilmu?”
2. Mainkanlah peran pilihanmu sendiri. Secara struktural, Dinas Kebersihan DKI bertanggungjawab untuk memastikan semua jembatan penyeberangan dan fasilitas umum di Jakarta tetap bersih. Tetapi, menumpahkan semua tanggungjawab itu kepundak petugas kebersihan sungguh tidak realistis. Pribadi istimewa itu, memainkan perannya dengan piawai tanpa banyak bicara, karena beliau faham benar bahwa perannya memang bukan sebagai ‘pembicara’. Beliau sadar bahwa tempat para pembicara adalah di ruang-ruang meeting dan forum ilmiah. Bukan didunia kecil yang dihuninya. Tidak cocok jika dia berbicara ditempat itu. Di kantor atau di lingkungan rumah kita juga sama. Setiap orang memiliki perannya masing-masing untuk memperindah dunia kecil itu. Sayangnya kita masih sering menggerutu. Pak RT dan Pak managernya kurang perhatian. Pak direkturnya sibuk sendiri. Pak Presidennya kurang tegas mengambil keputusan. Barangkali, memang itulah peran yang mereka pilih untuk dunianya. Namun, pribadi istimewa di jembatan penyeberangan itu, tidak tertarik untuk menghakimi peran orang lain. Dia memilih untuk memainkan peran penting yang dipilihnya sendiri; menjadikan dunia kecilnya indah. Sudahkah kita memainkan peran yang kita pilih?
3. Jauhilah sifat pamrih kepada manusia. Pribadi istimewa itu memiliki begitu banyak pilihan untuk meminta imbalan. Bahkan imbalan untuk sekedar duduk disana. Dia bisa saja mengemis seperti ‘penghuni’ lainnya. Tetapi tidak melakukannya. Dia bisa saja meminta upah atas pekerjaan pembersihan yang dilakukannya. Tetapi, dia juga tidak lakukan. Jika Anda melintas di jembatan itu, tataplah wajahnya. Anda tidak akan melihat isyarat meminta imbalan kepada Anda yang melintasi jembatan yang dibersihkannya. Jelas sekali jika beliau tidak memiliki pamrih kepada manusia. Jadi, siapa yang membalas jasanya? Kita yang bertubuh sempurna ini sering menuntut imbalan dimuka. ‘What in it for me?’ begitulah bahasa kerennya. Kalau tidak ada imbalannya, ngapain saya melakukannya? Tuhan menggerakkan hati orang-orang baik untuk berbagi rezeki dengan pribadi istimewa yang telah berbuat baik dalam dunia kecilnya itu. Semoga Tuhan pun berkenan untuk menjamin kecukupan dan berkah nafkah orang-orang yang tanpa pamrih memainkan peran positif bagi dunia kecilnya masing-masing.
4. Hunilah dunia kecil yang sudah kita benahi. Hitungan matematis kita sering mengkalkulasi untung dan rugi. Rasanya rugi sekali jika kita melakukan tindakan baik tetapi orang lain yang menikmatinya. Enak di elo, susah di gue! Apalagi jika manfaat tindakan baik yang kita lakukan itu didapatkan oleh orang-orang yang tidak kita kenali. Pribadi istimewa itu tidak mengenal saya. Tidak juga mengenal orang lainnya yang berjalan hilir mudik. Tapi saya percaya sepenuhnya bahwa setiap orang yang melintas disana merasakan nyamannya berjalan dijembatan penyeberangan yang bersih lagi rapi. Berbeda 180 derajat dengan kebanyakan jembatan penyeberangan lainnya yang penuh sampah, bahkan kadang berbau pesing. Orang itu melakukan sesuatu untuk orang-orang yang tidak dikenalnya. Tetapi lebih dari itu, beliau sendiripun turut merasakan kebersihan yang diciptakannya sendiri. Jika kita bersedia untuk melakukan sesuatu bagi keindahan dunia kecil kita, maka bukan hanya orang lain yang bisa memetik manfaatnya. Kita sendiripun bisa merasakannya. Bahkan boleh jadi, kepuasan didalam hati kita melampaui kenikmatan fisikal yang kita dapatkan. Maka benahilah dunia kecilmu. Dengan begitu, engkau akan menghuni tempat yang lebih indah untuk dirimu.
5. Rancanglah dunia kecil masa depanmu. Iman kita memberitakan tentang sebuah tempat yang menjadi asal muasal diri kita. Semua orang berusaha untuk bisa kembali lagi ketempat itu. Tempat dimana manusia pertama yang menjadi nenek moyang sejati kita tinggal. Kita menyebutnya surga. Guru kehidupan saya menceritakan bahwa surga itu sebuah tempat hunian indah nan asri. Setiap rumah dibangun dengan rancangan arsitektur yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki rumah dengan model dan disainnya sendiri-sendiri. Siapakah arsitek yang sedemikian piawainya membuat disain yang bervariasi? Malaikatkah? Bukan. Tuhankah? Bukan. Lantas siapa? Arsiteknya adalah penghuninya sendiri. Lantas, bagaimana orang awam bisa membuat arsitektur hunian yang sedemikian indahnya? Beliau bilang;”Setiap perbuatan baik seseorang, menghasilkan sebuah goresan garis rancangan.” Maka setiap gerakan sapu dari tangan pribadi istimewa di jembatan penyeberangan itu, menghasilkan satu garis indah dalam rancangan arsitektur rumah surganya. Perbanyaklah perbuatan baik, agar disain rancangan rumah surgamu menjadi semakin sempurna. Karena kesempurnaan rancangan hunian abadi kita, ditentukan oleh kesempurnaan amak baik yang kita lakukan untuk dunia kecil kita.
Dunia yang kita huni adalah cermin yang memantulkan perilaku kita apa adanya. Selama masih ada orang yang peduli untuk selalu membuatnya menjadi indah, maka dia akan selalu memperlihatkan pantulan indah. Tetapi jika tak seorangpun peduli, dunia kecil ini pun akan memperlihatkan citra ketidakpedulian penghuninya. Jika kita masih sering merasakan dunia kecil kita tidak nyaman untuk dihuni, mungkin karena tak seorangpun bersedia untuk membenahinya. Jika kita tidak melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin ada orang lain yang akan melakukannya. Mungkin juga tidak. Tetapi jika kita bersedia melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin kita bisa membuat sebuah perbedaan kecil, namun cukup bermakna. Dunia seperti apakah yang ingin Anda huni?
Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO
DEKA - Dadang Kadarusman

Rabu, 17 Agustus 2011

Seni Memaksimalkan Daya Tarik


Oleh: Anne Ahira
diteruskan oleh JOJO

Memiliki kepribadian yang menarik pasti diidamkan setiap insan. Saya, Anda, maupun siapa saja. Kehadiran pribadi yang menarik selalu dinanti-nantikan banyak orang. Ketiadaannya dirindukan.
Pertanyaannya, kualitas istimewa APA yang ada pada manusia, yang bisa membuat orang lain kagum dan terpesona? Dan... ANDA-kah orangnya?

Sebagian orang mungkin berpikir hanya orang-orang yang cantik, ganteng secara fisik, pintar, atau bahkan kaya yang memiliki daya tarik? Sebenarnya tidak demikian!
Setiap orang berpotensi untuk menjadi seorang insan yang memiliki daya tarik tinggi, menjadi sosok yang dielu dan diharapkan. Pesona seseorang bisa ditumbuhkan dan
diciptakan dengan energi positif yang dimilikinnya.

Bagaimana memunculkan aura positif, agar membuat ketertarikan bagi yang lainnya? Berikut adalah 7 Seni Memaksimalkan Daya Tarik:

Teruslah Berbuat Baik Tanpa Pernah
Menghitungnya


Lakukan kebaikan layaknya menulis di
atas pasir dan pahatlah di batu untuk
setiap kesalahan yang Anda lakukan.

Artinya, lupakan setiap kebaikan
kepada orang lain, tak perlu menghitung! :-)

Sikap seperti ini akan melatih keikhlasan,
dan pada saat terbiasa, anda akan
merasakan arti puas yang sejati.

Merendahlah Agar anda Menjadi Tinggi

Orang yang merendah justru banyak
disenangi orang lain. Lain halnya
dengan orang yang sombong, kerendahan
hati merupakan perwujudan dari
toleransi dan memiliki nilai yang
tinggi.

Kerendahan hati dan kedamaian saling
bertautan. Percayalah pada diri
sendiri, dan singkirkan keinginan untuk
selalu ingin membuktikan pada orang
lain.

Jagalah Kemurnian

Tampil 'apa adanya'. Jadilah diri
sendiri. Untuk memiliki daya tarik
kita tidak perlu menjadi orang lain.

Menjadi diri sendiri jauh lebih
bernilai ketimbang kita selalu ingin
tampil 'seperti orang lain'.

Jadilah Orang Yang Penuh Minat

Apa yang anda katakan pada diri sendiri
tentang kehidupan, dan diri anda
sendiri, dari hari ke hari, bisa memberikan
efek yang luar biasa.

Sepanjang waktu, lihatlah diri anda sendiri
sebagai pribadi yang menarik. Pertahankan
perasaaan itu sejelas mungkin dalam pikiran.

Dengan sendirinya, 'alam' akan menarik
segala hal yang penting untuk
menyempurnakan perasaan dan pandangan
anda itu.

Jadilah orang yang selalu ceria, penuh
harapan, dan buat dunia ini terpikat
pada anda

Wajah Ceria

Tertawa itu sehat. Buat wajah anda
selalu ceria.

Saat kita tersenyum, otak akan bereaksi
dan memproduksi endorphin (zat alami
yang memindahkan rasa sakit). Selain
itu, senyuman akan membuat anda
rileks. Senyuman juga akan menebarkan
kegembiraan pada orang lain.

Tekankan dalam pikiran, saat anda
bersama orang lain, bahwa senyuman
dapat memperpendek 'jarak' antar orang
lain.

Antusias dan Hasrat

Dua hal ini merupakan ibu yang
melahirkan sukses. Antusias dan hasrat
dapat mendatangkan uang, kekuatan dan
pengaruh. Hal besar tak akan dapat
dicapai tanpa antusias.

Yakin selalu pada apa yang anda
kerjakan. Kerjakan tiap pekerjaan anda
dengan penuh cinta. Masukan antusias
dalam pribadi anda, maka ia akan
menciptakan hal yang luar biasa buat
anda.

Tata Krama

Tingkah laku, kesopanan dan kebaikan
bisa membuat orang lain percaya pada
kita. Tata krama yang baik akan membuat
orang lain merasa nyaman dengan kita.

Tata karma merupakan sumber kesenangan,
memberikan rasa aman, dan ini dilakukan
dengan menunjukan penghormatan pada
oran lain.

Bersikap sopanlah pada setiap orang
yang anda kenal, tidak peduli status
dan kedudukan mereka. Perlakukanlah
setiap orang dengan tata krama.


Jangan Takut Dan Jangan Menyesal

sekedar ingin berbagi sebuah motivas hidup, semoga bermanfaat dan semoga sobat millis semua berkenan.

Di sebuah desa yang terpencil, tinggallah seorang pemuda yang ingin pergi mengembara ke negeri orang untuk mengubah nasib. Menjelang keberangkatan, muncul di hatinya perasaan takut, cemas, dan ragu. Untuk memantapkan tekadnya, pergilah si pemuda ini menghadap sesepuh marga di desa untuk meminta petunjuk, memohon restu, sekaligus berpamitan. Mendengar niat pemuda ini, sang sesepuh dengan gembira berkata, "Anakku, rahasia kehidupan ini hanya terdiri dari empat kata dan hari ini aku berikan setengahnya dulu sebagai bekal kepergianmu." Lalu sang sesepuh menuliskan dua kata, yaitu "jangan takut!".

Waktu terus berjalan, tidak terasa 30 tahun telah berlalu. Berbagai suka dan duka telah dijalani sang pemuda. Dengan modal kata "jangan takut!", segala peluang dan tantangan ia hadapi dengan keyakinan dan penuh keberanian. Dengan sikap mental yang kuat akhirnya ia berhasil mengubah nasibnya. Pemuda itu kini telah menjadi seorang yang sukses serta sangat terpandang di negeri itu.

Namun dalam segala keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang sempurna dan ia menyesal tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Ia berusaha keras mencari tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya justru bertambah kacau dan tidak terarah. Saat dalam kegamangan itulah ia teringat dengan sang sesepuh yang telah memberinya dua kata bijak. "Bukankah beliau masih menyimpan dua kata bijak lagi yang dijanjikan akan diberikannya kepadaku?" gumannya. Ia pun memutuskan pulang kembali ke desanya dahulu untuk menemui sang sesepuh untuk meminta sisa dua kata yang dijanjikan. Sayangnya sesampai di desa sesepuh desa ternyata telah meninggal dunia. Manun, ada sepucuk surat wasiat yang ditinggalkan untuknya. Rupanya sang sesepuh sudah memperkirakan bahwa kelak suatu hari pemuda itu pasti akan kembali. Secepatnya dibukalah surat wasiat itu, dan di dalamnya berisi pesan "jangan menyesal!" Begitu selesai membaca kata-kata itu, secara spontan perasaan menyesal yang membebaninya selama ini langsung hilang, perasaannya menjadi ringan dan gembira.

Sungguh berbobot empat kata bijak tadi. Jangan takut, dan jangan menyesal. Anda, saya dan kita semua juga membutuhkan empat kata bijak tadi. Jika ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik, kita membutuhkan dua kata bijak pertama"jangan takut". Kata bijak ini mengandung motivasi yang dapat melahirkan kekuatan keberanian untuk bertindak. Jangan takut menentukan cita-cita yang tinggi! Jangan takut mencoba dan memulai! Jangan takut menerima tantangan! Jangan takut memeras keringat! Jangan takut mengemban tanggung jawab yang lebih besar!

Namun ada kalanya, hasil perjuangan tidak sesuai dengan harapan. Hambatan demi hambatan seolah memang diciptakan untuk menghadang kita. Perjuangan pun bisa gagal total. Ini bisa membuat kita merasa diliputi ketidak puasan, kecewa, penyesalan. Pada titik seperti ini, dua kata bijak berikutnya, "jangan menyesal", bisa menjadi kunci kebangkitan kita. Buang jauh-jauh pikiran negatif. Penyesalan tidak akan dapat mengubah apapun, malah hanya membebani dan menghambat langkah kita ke depan. Mampu menerima hasil perjuangan apa adanya adalah bijaksana, tetapi mau tetap bangkit dengan apa adanya kita hari ini adalah luar biasa. Selama kita telah berjuang memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, apa pun hasilnya, sukses atau gagal, yang pasti semangat perjuangan itu telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri.


Miliki Giginya Dulu, Barulah Bisa Unjuk Gigi


Hore,Hari Baru! Teman-teman.

Seberapa penting arti ‘gigi’ bagi Anda? Secara harfiah, gigi sangat bermakna untuk menjalani hidup kita. Bayangkan seandainya kita tidak punya gigi. Bukan hanya sulit mengunyah makanan, tetapi sudah pasti ‘wajah’ kita pun tidak terlihat indah. ‘Gigi’ juga memiliki makna kiasan. Seseorang yang tidak lagi memiliki pengaruh, misalnya; sering disebut ‘tidak punya gigi’, atau bahkan diidentikkan dengan ‘macan ompong’. Sebaliknya, menunjukkan keunggulan diri sering disebut ‘unjuk gigi’. Maka beruntunglah orang-orang yang memiliki gigi, karena dengan gigi itu dia tidak hanya bisa mengunyah, tetapi bisa menunjukkan siapa dirinya yang sesungguhnya. Pertanyaannya; bagaimana caranya agar kita memiliki gigi?

Anak bungsu saya mendapatkan serangan demam yang tinggi. Sambil mencoba untuk tetap tenang kami memberinya obat penurun panas. Keesokan harinya, secara ajaib dia sembuh seperti sedia kala. Di pagi hari itu, dia berlari kearah saya dan berkata;”Ayah, lihat gigiku tumbuh lagi!” Katanya. Oh, rupanya panas demam yang dialaminya kemarin karena hendak tumbuh gigi. Sebuah gigi seri yang mungil lagi lucu menyembul di gusi depannya. Gigi itu menggantikan gigi susu yang telah tanggal beberapa hari sebelumnya.

Mari perhatikan; gigi yang kita miliki ini, tidak tumbuh begitu saja. Untuk mendapatkannya kita harus melewati fase serangan demam yang tinggi. Maka boleh jadi, untuk mendapatkan ‘gigi’ dalam arti kiasan kita harus melewati masa-masa yang tidak menyenangkan terlebih dahulu. Gigi kiasan kita mewujud dalam beragam manifestasi. Misalnya, jabatan yang tinggi. Atau pendapatan yang besar. Atau keterampilan yang handal. Untuk mendapatkan semuanya itu, kita harus berani memasuki fase demam panas-dinginnya. Oleh sebab itu, maka setiap orang yang ingin dirinya sukses harus bersedia untuk menempuh lekuk likunya perjuangan meraih kesuksesan itu. Mereka yang enggan menjalani kesulitan, tidak akan pernah bisa sampai kepada pencapaian yang bermakna dalam hidupnya. Dia hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Hal ini juga menjadi isyarat agar kita tetap tangguh dikala berada dalam situasi yang serba sulit, atau cobaan hidup yang datang silih berganti. Karena boleh jadi, saat kesulitan itu berlangsung; didalam diri kita sedang terjadi proses tumbuh kembangnya ‘gigi-gigi’ kehidupan yang akan meningkatkan kualitas pribadi kita. Dengan demikian, maka setelah berhasil melewatinya; kita bisa tampil menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Artinya, kita sudah pantas untuk ‘unjuk gigi’. Seandainya kita menolak melewati kesulitan dan tantangan itu, maka ‘gigi’ kita tidak bisa tumbuh. Sehingga, kita tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk unjuk gigi seperti mereka yang memiliki keberanian dan ketegaran dalam menjalani ujian hidup. Maka beranilah dalam menghadapi hidup. Karena hidup yang penuh tantangan itu sedang menumbuhkan gigimu.

Seminggu kemudian, anak saya kembali diserang demam lagi. Kali ini panasnya sangat tinggi. Saking tingginya, sampai-sampai dia tidak lagi bisa bergerak. Obat penurun panas hanya mampu meredakan demamnya beberapa menit saja. Biasanya, meskipun dalam keadaan sakit dia masih bisa bermain ini dan itu. Tapi kali ini, dia benar-benar dibuat tidak berdaya. Bahkan untuk sekedar berbicara pun dia sudah tidak lagi bisa. Teringat akan wabah demam berdarah yang sedang melanda di wilayah kami, maka saya sungguh-sungguh mewaspadai gejala-gejalanya. Keesokan harinya, tidak ada tanda-tanda jika panasnya mereda. Dua hari sudah keadannya menjadi semakin berat saja. Di hari ketiga, sama sekali tidak ada perbaikan.

Ketika hasil laboratorium tidak menunjukkan adanya kelainan khusus, maka pasti ada penyebab lain hingga sakitnya sedemikian beratnya. Namun kami tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu sambil terus waspada. Dalam penantian selama 3 hari itu, anak saya terus mengigau dan gelisah. Saat badannya di pegangpun dia merasakan sakit yang tidak tertahankan. Ajaibnya, di hari ke-4, anak saya bisa bangun pagi dengan segar bugar seolah tidak mengalami sakit sebelumnya. Saya benar-benar penasaran. Maka saya mencoba memeriksa gusinya. Tidak ada gigi seri yang tumbuh seperti sebelumnya. Lalu saya memeriksa lebih dalam, ternyata; diujung lorong mulut anak saya ada benjolan besar berwana merah. Di tengah benjolah itu menyembul sebuah titik putih yang keras. Gigi graham. Sekarang saya mengerti apa yang terjadi.

Ternyata sumber penderitaannya selama 4 hari itu adalah proses tumbuh gigi graham. Menyimak kejadian itu, saya tiba-tiba tersadarkan bahwa proses tumbuh gigi graham lebih menyakitkan daripada gigi seri. Semua gigi seri yang kita miliki berfungsi untuk menggigit dan meningkatkan estetika. Sedangkan graham adalah gigi yang yang memiliki kekuatan yang paling besar diantara semuanya. Dia tidak terlihat dari luar, namun perannnya untuk hidup kita teramat sangat besar. Tanpa graham, fungsi mengunyah kita terganggu. Tentu kita akan sakit saat menelan, dan proses pencernaan tidak bisa berjalan secara efektif.

Rupanya melalui anak saya, Tuhan ingin menegaskan bahwa untuk mampu membangun kekuatan terbesar didalam diri saya; maka saya harus bersedia membayar dengan harga yang lebih besar. Untuk bisa menjadi pribadi yang benar-benar tangguh maka saya harus rela menjalani gemblengan, tantangan, cobaan dan ujian yang semakin berat. Oleh sebab itu, mulai saat itu; saya belajar untuk bergembira saat menghadapi situasi yang menyakitkan. Karena saya percaya, dibalik rasa sakit yang saya alami, tersembunyi sebuah jalan untuk meningkatkan kekuatan dan daya diri saya. Dari peristiwa itu, saya belajar untuk menjauhi cengeng dan mendekati sifat tegar. Dengan begitu, saya berharap suatu saat nanti saya bisa memiliki gigi-gigi yang kokoh, sehingga saya akan sampai kepada saat dimana saya; sudah boleh untuk ‘unjuk gigi’.

Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO

Dadang Kadarusman

Berhentilah Mendelegasikan Tugas-Tugas Anda


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Mungkin Anda mengira judul artikel saya ini sebagai sebuah lelucon. Bagaimana mungkin saya berani melanggar pakem kepemimpinan yang sudah sejak lama dipakai orang. Bukankah delegating itu merupakan salah satu skill penting dalam kepemimpinan? Saya bersungguh-sungguh mengajak Anda berhenti mendelegasikan tugas-tugas Anda kepada siapapun di kantor Anda. Meskipun ‘teknik delegasi’ itu sangat cocok untuk mengalihkan tanggungjawab kepada orang lain, atau bisa dijadikan alasan untuk mengeluhkan tentang ketidaksiapan orang lain dalam menerima pendelegasian yang kita berikan; namun ‘delegating’ sudah tidak lagi mampu menjawab tantangan kepemimpinan di zaman ini. Jadi, sebaiknya berhenti saja mendelegasikan tugas-tugas Anda kepada orang lain.
Selama ini kita percaya bahwa untuk bisa menjalankan fungsi kepemimpinan secara efektif, seseorang harus terampil mendelegasikan tugas-tugasnya. Setidak-tidaknya, begitulah yang diajarkan di kelas-kelas training dan buku-buku kepemimpinan. Tetapi, kita sering lupa bawah dunia nyata tidak selalu sejalan dengan teori-teori yang diajarkan. Bukankah teori yang sudah tidak sejalan dengan kebutuhan aktual kita di lapangan, sebaiknya ditinggalkan saja? Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar memahami bahwa delegasi sudah tidak relevan lagi dengan tantangan kepemimpinan yang kita hadapi, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
1. Sadarilah bahwa tanggungjawab kita tidak bisa dialihkan kepada orang lain. Selalu ada peluang yang menggoda untuk melemparkan tanggungjawab kepada orang lain. Dengan begitu kita memiliki lebih banyak waktu luang, dan bisa berkeja dengan lebih santai. Coba ingat-ingat kembali, betapa banyak pemimpin yang melemparkan tanggungjawabnya kepada bawahannya, lalu menyalahkan mereka ketika hasilnya ternyata dinilai tidak memuaskan? Tidak sedikit pemimpin yang terjebak didalam mental blaming seperti ini. Padahal, seperti halnya Anda yang tidak rela jika gaji Anda dialihkan kepada orang lain, maka demikian pula halnya dengan tanggungjawab professional yang Anda pikul; tidak sepatutnya dialihkan kepada orang lain.
2. Sadarilah bahwa pendelegasian menyebabkan orang lain merasa ketiban pekerjaan Anda. Bertanyalah kepada diri Anda sendiri; Apakah Anda menyukai saat-saat ketika seseorang memberikan pekerjaannya kepada Anda? Ketika Anda menilai bahwa seharusnya dia mengerjakan hal itu sendiri, maka hati kecil Anda akan berkata;”kalau perkejaan elo gue yang kerjain, lantas elo ngapain?” Boleh jadi, orang-orang yang Anda beri delegasi pun mengucapkan kata-kata yang sama. Namun, tentu saja tidak keluar dari mulut mereka. Jadi, kalaupun mereka mempersilakan Anda mendelegasikan pekerjaan Anda, mereka berharap agar Anda melakukannya kepada orang lain saja. Siapapun asal jangan mereka.
3. Sadarilah bahwa tidak seorangpun menyukai tugas tambahan. Berapa banyak pekerjaan yang harus Anda selesaikan? Setiap tahun selalu terus bertambah, bukan? Kabar baiknya adalah, hal itu tidak hanya terjadi kepada Anda. Orang lain juga sama. Lihatlah orang-orang disekitar Anda. Kenyataannya, pekerjaan mereka pun sudah banyak sekali, dan itupun masih akan bertambah lagi dari tahun ke tahun. Sekarang, mari kita bayangkan seandainya pekerjaan mereka yang sudah banyak itu ditambah lagi dengan pendelegasian yang Anda berikan kepada mereka. Kira-kira, mereka menerima pendelegasian itu dengan senang hati atau tidak ya? Untuk menemukan jawabannya, bisa Anda tanyakan kepada diri sendiri; seandainya seseorang memberi Anda tugas tambahan. Saya ragu jika Anda menerimanya dengan senang hati. Mengapa? Karena pada dasarnya, tidak seorang pun menyukai tugas tambahan.
4. Sadarilah bahwa orang bisa menerima penugasan dengan perasaan terpaksa. Jika seseorang tidak mungkin menerima tugas tambahan dengan senang hati, maka itu berarti kalaupun menerimanya dia melakukannya dengan perasaan terpaksa. Mungkin mereka terpaksa karena merasa takut. Mungkin takut dimarahi, karena mereka sering kena marah. Mungkin takut di PHK karena mereka sering mendengar seseorang dengan mudah menyanyikan lagu berjudul ‘fire’. Mungkin juga takut disebut tidak loyal, dan begitu banyak kemungkinan lain yang menjadikan mereka tekpasa menerimanya. Jenis-jenis keterpakasaan ini hanya bisa dipahami jika Anda mengenakan pakaian berlabel empati.
5. Sadarilah bahwa Anda tidak bisa berharap banyak dari mereka yang merasa terpaksa. Reputasi Anda sangat ditentukan oleh kualitas penyelesaian tugas dan tanggungjawab yang Anda emban. Oleh sebab itu, seseorang yang ingin menjaga reputasinya tetap baik harus memastikan bahwa tidak ada cacat dalam setiap hasil kerjanya. Lantas, apa yang bisa kita harapkan dari orang-orang yang merasa terpaksa melakukan sesuatu selain pekerjaan asal-asalan? Sungguh terlalu beresiko untuk mendelegasikan tugas-tugas Anda yang penting itu kepada orang lain. Karena Anda tidak bisa berharap kualitas kerja dan pencapaian nomor wahid dari mereka yang merasa terpaksa.
Jika Anda masih menyimpan keraguan tentang apa yang saya uraikan; Anda tidak sendiri. Memang tidak mudah untuk melepaskan diri dari pakem-pakem lama yang sudah terlanjur mendarah daging. Bahkan banyak yang bersikukuh mengatakan; “Anak buah saya enjoy-enjoy aja tuch dengan pendelegasian yang saya berikan.” Ada juga yang bilang;”Kalau mendelagasikannya dengan benar, pasti tidak terjadi hal-hal negatif seperti itu.” Tetapi, sudah saatnya untuk menguji kembali premis-premis delegasi yang Anda yakini. Semoga ke-5 aspek diatas bisa memberikan gambaran betapa pendelegasian itu sudah tidak relevan lagi dengan konteks kepemimpinan di abad ini. Tetapi…, jika mendelegasikan tugas itu bukan teknik memimpin yang handal, lantas adakah teknik lain yang bisa diandalkan? Tentu saja ada. Apa itu? Semoga kita memiliki umur panjang untuk membahasnya pada artikel berikutnya ya.
Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO
Dadang Kadarusman

Empowering People Instead of Delegating Tasks


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Artikel saya tentang ‘delegating’ kemarin mengundang banyak reaksi yang tidak sependapat. Ada yang defensif, emosional dan sinical. Ada juga yang tetap berada dalam koridor diskusi yang konstruktif. Bahkan ada yang bagus sekali sehingga saya sendiri mendapatkan tambahan ilmu. Tampaknya komentar tidak sependapat itu datang dari ‘praktisi’ yang telah sukses atau ‘merasa puas’ dengan hasil pendelegasian yang dilakukannya selama ini. Memang dalam learning cycle, kita semua tahu bahwa bagian yang paling sulitnya adalah ‘to unlearn’ system nilai atau ilmu yang selama ini kita yakini sehingga proses ‘relearn’ sering terhambat. Persis seperti penentangan terhadap business process improvement;”Jika tidak ada masalah dengan model yang selama ini kita gunakan, mengapa harus melakukan perbaikan?” Sharing saya kali ini adalah solusi yang saya janjikan di akhir artikel kemarin. Kalau setelah ‘mencerna’ paparan saya berikut ini Anda tetap tidak sependapat juga ya tenang saja, karena Anda merdeka untuk tetap memilih prinsip yang selama ini Anda anggap paling baik. Tidak ada kewajiban untuk berubah. Disini, hanya berlaku hukum ‘jika, maka’.
By definition, ‘empowering’ memiliki pengertian yang jauh berbeda dengan ‘delegating’. Tentu lebih tajam lagi perbedaan dari aspek konsepsinya. Misalnya, titik berat ‘delegating’ terletak pada ‘accomplishing the tasks’, sedangkan ‘empowering’ berfokus kepada ‘people capacity building’. Lebih mudah mendelegasikan tugas daripada memberdayakan orang, memang. Makanya, lebih gampang mengajak leaders untuk delegating daripada empowering. Tidak pula heran jika disaat sebagian orang dan organisasi yang progresif bermigrasi dari konsepsi ‘Human Resources’ menuju ke ‘Human Capital’, kita masih sedemikian lengketnya dengan model-model yang menempatkan manusia sebagai obyek, bukan subyek. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar untuk moving to a higher level of leadership practices, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
1. Bersiaplah untuk mengubah paradigma. Mari kita cermati dua situasi berikut ini. Atasan saya bilang;”Dadang, could you please take care of these stuffs as I have lots of works to do. Thank you…” Inilah model yang biasa dilakukan oleh seorang atasan yang baik ketika hendak mendelegasikan sebagian dari pekerjaannya kepada bawahannya yang dinilai kompeten. Pada kesempatan lainnya, atasan saya memfasilitasi proses pengembangan kapasitas pribadi saya hingga suatu hari saya mampu datang kepadanya dan mengatakan; “I am done with all the things I have to work on, Sir. Now, could you please share some responsibilities on your shoulder to me?” Bisakah Anda menemukan perbedaan pada kedua situasi itu? Menurut pendapat Anda, pada situasi manakah tingkat kematangan psikologis seseorang lebih tereksplorasi? Mudah sekali untuk merancang situasi pertama. Sedangkan untuk membangun kapasitas bawahan hingga mampu memasuki level seperti pada situasi kedua, tentu butuh seni memimpin berkelas tinggi.
2. Mulailah memposisikan seseorang sebagai subyek, bukan sekedar obyek. Salah satu karakteristik pakem kepemimpinan yang sering kita gunakan adalah; menempatkan orang-orang yang kita pimpin pada posisi-posisi yang sesuai dengan kemampuannya. Apakah itu betul? Tidak ada orang yang cukup sinting untuk menyalahkannya, kecuali dia siap dihujat. Tetapi leaders dan organisasi bisnis yang progresif percaya bahwa kemampuan aktual itu adalah hasil usaha dimasa lalu. Sedangkan masa depan sangat ditentukan oleh apa yang bisa dikembangkan dari masa lalu yang kini menjadi zero point-nya. Karena itu, penempatan orang tidak lagi dilakukan sekedar mempertimbangkan kemampuan dan lowongan yang ‘tersedia’. Mereka sudah mulai mempertimbangkan aspirasi, dan potensi setiap pribadi. Mereka ‘mendengar’ inner voice orang-orangnya, lalu menemukan link-nya dengan hasil pemetaan potensinya. Kemudian bersama-sama mendefinisikan posisi yang sesuai dengannya; sambil terus menjaga pemahaman bahwa posisi, bukanlah kata lain dari jabatan.
3. Mulailah berfokus kepada pemberdayaan manusia, bukan sekedar menyelesaikan tugas. Entah berapa kali kita mengatakan tentang pentingnya SDM. “We need human!” begitu setiap pemimpin meneriakkan. Ironisnya, kita belum benar-benar mengelola mereka menggunakan prinsip-prinsip ‘human being’. Jadi, mana sebenarnya yang paling penting bagi kita; ‘manusianya’ atau terselesaikannya tugas-tugas harian kita? Para pemimpin yang berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik adalah orang-orang pilihan. Sehingga tahun depan perusahaan memberi mereka tugas dan pekerjaan yang lebih banyak lagi. Sedangkan para pemimpin yang berhasil mengembangkan ‘manusia-manusianya’ adalah orang-orang yang langka. Sehingga kepada mereka perusahaan memberikan tambahan tanggungjawab dan otoritas. Pekerjaan mereka lebih banyak? Tidak. Mengapa? Karena pekerjaan yang semakin hari semakin banyak itu, telah diserap oleh layer-layer yang ditempati oleh ‘manusia-manusia’ yang sudah berhasil diberdayakannya. Anda ingin menjadi pemimpin seperti yang mana?
4. Latihlah seseorang untuk membangun ‘Will-nya’, bukan sekedar ‘Skill-nya’. Anda boleh bersikeras mengatakan bahwa segala penugasan yang Anda berikan selama ini baik-baik saja. Tetapi siapa yang berani menjamin bahwa orang-orang yang mendapatkan penugasan itu tidak menggerutu dibelakang Anda? Tapi kan kalaupun ada yang menggerutu, Anda bisa langsung memvonis mereka sebagai orang malas, haha. Padahal, sungguh sangat manusiawi jika hal itu dilakukan oleh seseorang yang tidak ingin mengerjakan sesuatu, namun tidak kuasa menolaknya. Zaman dahulu kala, seseorang yang dianggap mampu sudah cukup untuk mendapatkan pelimpahan pekerjaan. Di zaman ketika manusia dimanusiakan ternyata ‘skill’ saja tidaklah cukup, tanpa didukung oleh ‘will’. Silakan simak kembali dua situasi dalam point #1 diatas, lalu pikirkan;”Bagaimana membangun manusia beyond their skill by awakening their will?” Dengan pertanyaan dan komitmen yang bersungguh-sungguh, Anda akan menemukan caranya.
5. Sadarilah bahwa mereka akan memimpin di zaman yang kita pun belum pernah mengalaminya. Sehebat apapun Anda dalam memimpin, tidak akan bisa menjadikan tampuk kepemimpinan itu langgeng. Ada saatnya dimana nanti kita akan digantikan oleh orang-orang muda. Bisa dibayangkan jika mereka yang menggantikan kita itu adalah orang-orang yang dicekoki untuk mewarisi cara dan gaya kepemimpinan kita. Padahal, zaman ketika mereka memimpin nanti bukanlah zaman yang sama dengan ketika kita hidup. Tidak perlu terlalu bangga memiliki murid yang setia dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang kita ajarkan kepada mereka. Mengapa? Karena bahkan kita pun tidak pernah mencicipi rasanya memimpin di zaman mereka. Maka seluruh argumen kita yang menyatakan bahwa metode kepemimpinan nostalgis kitalah yang terbukti handal; gugur dengan sendirinya. Mereka yang jiwanya dibentuk dengan gaya pembagian tugas dari Anda, mungkin akan tetap fanatik dan terus meniru Anda. Sedangkan mereka yang berhasil memimpin zamannya adalah manusia-manusia yang berhasil memberdayakan dirinya sendiri. Dan sebagai seorang pemimpin, Anda memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada proses pemberdayaan diri mereka.
Dalam empowering, terdapat suatu proses peningkatkan kapasitas diri seseorang untuk membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya; lalu mentransformasikan pilihan-pilihan itu menjadi tindakan-tindakan serta hasil-hasil yang diinginkan. Hari ini, saya menawarkan pilihan untuk menjadikan manusia sebagai subyek atau tetap menjadi objek yang bisa disuruh-suruh. Untuk mengembangkan skill atau sekaligus membangkitkan will. Untuk tetap setia kepada model-model kepemimpinan lama, atau moving to a higher level of leadership practices. The choices are on your hand. Why? Because, I am not trying to ask you doing things. I am actually providing you more choices to empower yourself, to empower your people. To make a better future for the world, in which we are going to leave.
Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO
Dadang Kadarusman

Cara Praktis Membangun Budaya Belajar Di Unit Kerja


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Sebagai pemimpin, salah satu tugas terpenting Anda adalah; membangun budaya belajar di unit kerja Anda. Dan untuk urusan yang satu ini, kemungkinan besar Anda akan menghadapi banyak tantangan bahkan tentangan. Anda tidak sendirian. Salah satu nyanyian yang paling sering saya dengar adalah lagu yang berjudul “Banyak teori elu mah, Dang!”. Itu ketika saya sharing tentang suatu konsep. Nyanyian nyaring lainnya berjudul “Pamer melulu elu mah, Dang!”. Yang ini ketika saya sharing tentang implementasinya yang pernah saya terapkan. Cara kita merespon ilmu itu laksana tanah merespon air hujan. Jika tanah itu bersedia menerimanya, maka air hujan itu akan meresap kedalam dan menyuburkan. Jika tanah itu menolaknya, maka air yang menyegarkan itu hanya akan melintas dan menimbulkan kubangan. Tetapi, hujan tidak terlampau mempermasalahkan apakah tanah meresponnya dengan penerimaan atau penolakan. Ketika langit mengatakan; “Turunlah engkau wahai hujan…” Maka hujan pun patuh kepada perintahnya. Anda juga demikian. Jika menghadapi tantangan dan tentangan, tirulah hujan. Karena boleh jadi, ada seonggok tanah yang bersedia menerima setetas air yang Anda jatuhkan. Jikapun tidak ada, maka Anda telah menjalankan amanah langit untuk saling mengingatkan.
Salah satu cara yang saya rekomendasikan untuk Anda coba dalam membangun budaya belajar di unit kerja Anda adalah membuat forum sharing 1 kali sebulan. Mirip seperti acara training berdurasi 2 jam yang diikuti oleh SEMUA orang di unit kerja Anda. Siapa pembicaranya? Mereka sendiri. Biarkan mereka berkeringat ketika pertama kali berbicara di depan forum. Dan biarkan para manager mendengarkan pelajaran dari para staff, karena dalam forum sharing itu; ilmu diposisikan lebih tinggi dari jabatan. Sebelum dilanjutkan perlu saya sampaikan bahwa sekarang, saya tidak melakukan hal ini lagi. Mengapa? Karena sekarang saya tidak lagi bekerja sebagai seorang karyawan professional yang memiliki anak buah. Namun bagi Anda yang tertarik mempraktekan pengalaman masa lalu saya dalam membangun budaya belajar di unit kerja, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
1. Mulailah dari komitmen Anda sebagai pimpinan. Jika Anda hanya ingin mewujudkan budaya belajar secara individu, Anda tidak perlu melakukan apapun. Diantara sekian banyak anak buah Anda, ada sekurang-kurangnya 1 orang yang punya determinasi dan komitmen untuk mengembangkan diri. Tetapi, untuk membangun budaya belajar dan pengembangan secara kolektif, Anda tidak bisa membiarkannya berjalan begitu saja. Banyak orang yang mengira jika budaya belajar itu sangat mahal, menguras waktu yang banyak, dan harus memanggil ‘para guru’ tertentu. Keliru. Budaya belajar tidak dibangun oleh orang luar, melainkan oleh diri mereka sendiri didalam unit kerja Anda. Namun, mereka tidak akan pernah melakukannya jika sebagai pemimpinnya Anda tidak menunjukkan semangat pioneering. Maka mualih dengan menunjukkan komitmen Anda sendiri. Cepat atau lambat, mereka akan mengikuti irama yang Anda mainkan.
2. Mulailah dengan Anda sendiri yang berdiri di depan. Adalah ‘human nature’ untuk mengatakan;’Elu dulu deh, elu dulu…” Oleh sebab itu, pada pertemuan pertama, pembicaranya harus Anda sendiri. Anda beri contoh untuk berdiri di depan kelas itu seperti layaknya seorang trainer. Faktanya, Anda adalah seorang trainer bagi setiap orang yang Anda pimpin. Setelah itu, giliran mereka di sesi-sesi berikutnya. Saya sendiri sempat tertegun ketika di keesokan harinya koordinator yang kami tunjuk menyerahkan sebuah ‘jadwal training’ unit kerja kami selama setahun. Lengkap dengan pembicara utamanya, serta topik apa yang akan dibawakannya. Anda akan lebih terkesan lagi jika menemukan betapa orang-orang yang Anda pimpin itu memiliki kemauan, kemampuan dan komitmen yang tinggi untuk saling berbagi pengetahuan. Tetapi, mereka tidak akan berani memulainya jika pemimpinnya tidak memulai dengan memperlihatkan komitmen dan contoh yang langsung didemonstrasikan. Jadi, mulailah dengan diri Anda sendiri yang berdiri di depan. Teori? Bukan. Ini adalah praktek yang saya terapkan.
3. Ajaklah para staf senior Anda untuk bersama-sama menunjukkan keteladanan. Salah satu faktor perusak dalam budaya belajar adalah para senior dan manager yang ogah-ogahan. Dengan otoritas yang Anda miliki, Anda bisa mengajak mereka untuk bersama-sama dengan Anda menunjukkan keteladanan itu. Anda dan para manager harus duduk di ruang sharing itu tidak peduli sesulit apapun keadaannya. Saya memang meminta mereka mengijinkan saya membawa laptop. Sebelumnya, saya membangun pemahaman bahwa, seseorang yang menempati ruang kantor paling besar bisa menelepon saya kapan saja sehingga saya harus selalu siap dengan data yang beliau minta. Mereka setuju dengan satu catatan; lap top hanya dibuka ketika saya benar-benar harus melakukannya. Setiap senior dan manager yang tidak bisa hadir, harus mendapatkan izin khusus dari saya. Dan saya sendiri hanya boleh tidak hadir dengan 3 alasan; (i) sedang tugas keluar kota, (ii) sakit parah, atau (iii) meninggal dunia. Mungkin Anda super sibuk. Tetapi mengalopkasikan waktu 2 jam sebulan untuk pertemuan sepenting itu bukanlah tuntutan yang berlebihan.
4. Ijinkan para junior menampilkan kemampuan dirinya secara orisinal. Kita sering melihat seseorang hanya sekedar dalam konteks pekerjaan. Gue atasan elu, dan elu adalah bawahan gue! Tetapi kita sering lupa, bahwa ada begitu banyak aspek hidup mereka yang kita tidak mengetahuinya. Maka dalam forum itu, ijinkan mereka untuk share APAPUN yang menjadi passion mereka. Sampai saat ini, saya masih terkesan dengan sharing tentang ‘Beternak Ikan Mas’ dari seorang data entry. Kekaguman saya belum hilang terhadap salah seorang staf cowok macho kami yang ternyata jago masak dan membikin kue. Saya masih ingat saat sesi dia seorang boss masuk ke ruangan dan bertanya;”What is going on here?” soalnya dinding kedap suara kami bukan sekedar gagal menahan suara tawa kami, melainkan juga meloloskan aroma sedap masakan yang sedang dibuatnya. Satu lagi. Apakah Anda sudah mengenal “Blue Ocean Strategy? Jika ya, darimana Anda tahu soal itu? Beberapa tahun lalu ketika banyak manager yang tidak mengenalnya, seorang staff saya berdiri di depan kelas, dan memberi kami ceramah tentang “Blue Ocean Strategy’. Hari ini pun masih banyak manager yang tidak tahu mahluk apa sih ‘BOS’ itu, bukan?
5. Buatlah kontes dengan hadiah yang menghibur. Hari gini kagak ada kontes? Yang bener aja! Coba lihat di televisi; apapun serba dikonteskan. Itulah yang kami lakukan dengan forum sharing itu. Para manager dan senior saya tugaskan untuk menjadi juri. Di akhir tahun, mereka memberi saya rekomendasi hasil penilaian terhadap setiap staff yang sudah menjadi pembicara dalam forum kami. Dari hasil penilaian para juri itu kemudian kami memutuskan siapa pembicara terbaiknya. Hadiahnya? Beberapa lembar voucher supermarket bernilai beberapa ratus ribu rupiah. Tidak ada budget? Jika Anda adalah seorang pemimpin yang menganggap bahwa budaya belajar itu penting; mengeluarkan beberapa lembar kertas bergambar Bung Karno dari dompet Anda sendiri tidak akan mengurangi kenyamanan yang Anda peroleh dari fasilitas dan bonus yang selama ini Anda nikmati.
Ada banyak cara untuk membangun budaya belajar di unit kerja kita. Bahkan sekalipun kita bisa mengundang pembicara belabel #1, #2, #3 dan seterusnya. Lagi pula, Anda tidak mungkin mengundang pembicara #2 ketika semua pembicara T-O-P-B-G-T sama-sama menggunakan label #1 dibelakang namanya, bukan? Tetapi, saya bisa katakan kepada Anda dengan seyakin-yakinnya bahwa Pembicara #1 yang sebenarnya itu adalah orang-orang yang ada di Unit Kerja Anda sendiri. Bukan pembicara bayaran seperti saya. Hebatnya lagi, Anda bisa mengundang The Truly Numero Uno Speakers itu hanya dengan modal Rp.50,000.- saja. Itupun tidak masuk ke kantong mereka, melainkan untuk membeli cemilan kecil yang bisa dimakan bersama-sama.
Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO
Dadang Kadarusman