Jumat, 27 Mei 2011

Menjaga Perasaan Tidak Kecewakan Karena Orang Lain

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Apakah Anda pernah merasa dikecewakan oleh orang lain? Pasti tidak enak ya, apalagi jika yang mengecewakan itu adalah orang yang kita percayai. Orang yang dikira baik ternyata dibelakang tidak seperti yang kita kira. Pertanyaannya sekarang adalah; apakah kita benar-benar ‘dikecewakan’ ataukah kita hanya ‘merasa’ dikecewakan oleh orang itu? Jangan-jangan sebenarnya mereka tidak mengecewakan kita, tetapi kitalah yang merespon apa yang mereka lakukan itu sebagai suatu kekecewaan, lho.

Jika Anda pernah kecewa, tentu Anda tahu betapa melelahkannya perasaan itu. Kebahagiaan kita terrenggut, waktu tidur kita berkurang, air mata kita terkuras. Perasaan hati kita juga menjadi gundah dan gelisah. Maka dari itu, jangan terlalu lama membiarkan kekecewaan menguasai diri kita. Untuk itu, saya ingin mengajak Anda untuk sama-sama menyimak 5 hal yang bisa membantu memerdekakan jiwa kita dari kekecewaan. Berikut ini uraiannya.

1. Mengakui bahwa diri kita tidak sempurna. Apabila orang lain berkomentar negatif tentang diri Anda, atau menggunjingkan kekurangan-kekurangan diri Anda, maka Anda tidak perlu kecewa. Terima saja, meskipun belum tentu yang mereka gunjingkan itu benar. Bersyukurlah jika ada orang yang bersedia menunjukkan ketidaksempurnaan Anda. Jika mereka salah, maka itu akan menjadi tambahan pahala bagi Anda. Tapi jika mereka benar, maka itu merupakan proses penyadaran untuk memperbaiki ketidaksempurnaan yang ada pada diri Anda. Semoga dengan begitu kita bisa terus memperbaiki diri. Meski tidak mudah, selalu ada jalan untuk perbaikan selama kita berusaha.

2. Menyadari bahwa orang lain juga tidak sempurna. Rasa kecewa sering kali disebabkan oleh penilaian yang terlalu tinggi kepada seseorang. “Kalau orang lain yang melakukannya aku masih bisa ngerti. Tapi, kok bisa-bisanya sih dia melakukan itu?” Begitu kan kita sering berkata saat kecewa? Siapapun dia hanyalah manusia biasa yang bisa berbuat salah atau dosa. Jika kita tidak sempurna, dia juga sama. Jadi sudah, relakan saja. Dia hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Wajar jika dia melakukan sesuatu yang mengecewakan. Tidak usah diperpanjang karena kita sudah tahu betapa tidak sempurnanya dia.

3. Menerima kenyataan bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati. Banyak orang yang kecewa kepada orang lain karena dia mengira bahwa apa yang dikatakan orang itu pastinya sama dengan apa yang ada dalam hatinya. Padahal, tidak semua orang mengucapkan kata-kata yang sejalan dengan isi hatinya. Jika Anda sudah menyadari hal itu, maka Anda tidak akan terlalu kecewa saat mendapati perilaku seseorang yang bertolak belakang dengan ucapannya. Anda juga tidak akan terlalu kecewa kalau ada yang memuji Anda didepan, tetapi menjelek-jelekkan Anda dibelakang. Jika ada yang menjanjikan sesuatu kepada Anda tapi tidak kunjung diwujudkan; Anda juga tidak akan kecewa. Mengapa? Karena Anda sudah tahu bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati. Jadi, tidak perlu heran. Enjoy aja….

4. Ingatlah bahwa Anda adalah pengendali diri Anda sendiri. Jika orang lain berusaha mengecewakan Anda, tetapi Anda sendiri tidak merasa kecewa; kira-kira dia berhasil membuat Anda kecewa atau tidak? Jelas sekali ya, bahwa yang menentukan apakah kita kecewa atau tidak itu bukan perlakuan orang lain kepada kita. Melainkan sikap yang kita ambil sendiri. Jika ada orang yang berusaha mengecewakan kita, biarkan saja. Sebab selama kita memilih tidak kecewa, maka kita akan baik-baik saja. Bersyukurlah karena Tuhan telah memberi kita kekuatan untuk mengambil kendali kepada diri kita sendiri. Selama Anda memegang kendali itu, tidak seorang pun bisa menjatuhkan jiwa Anda.

5. Meyakini bahwa segala sesuatunya tertera dalam catatan Tuhan. Selama Anda masih punya keyakinan kepada Tuhan, percaya deh semuanya akan baik-baik saja. Perkataan orang yang menjatuhkan Anda. Perbuatan orang yang merugikan Anda. Fitnahan, gunjingan, dan berita yang mengada-ada tercatat lengkap dalam buku yang dipegang terus oleh malaikat di kiri dan kanan. Kita tidak perlu ambil pusing soal semua itu, apalagi harus membalas dendam. Percayalah, bahwa Tuhan tidak pernah lengah.

Sudahlah, tidak usah kecewa lagi. Sayang energy kita terbuang percuma. Mendingan berserah diri saja kepada yang Maha Kuasa dengan keikhlasan dalam menerimanya. Siapa tahu dengan begitu kita semakin disayang oleh Tuhan.

Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO

Dadang Kadarusman

Kamis, 26 Mei 2011

Menjaga Agar Antusiasme Kerja Tetap Membara

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Setiap orang yang mendapatkan pekerjaan pada awalnya sangat senang dengan pekerjaan itu. Melompat kegirangan, menelpon Mama-Papa, dan menggunakan gaji pertama untuk mentrakti orang-orang tercinta. Antusiasme telah memenuhi sekujur tubuhnya. Jika Anda mengingat kembali, betapa dahulu ketika pertama kali mendapatkan pekerjaan; tentu Anda masih memiliki antusiasme yang tinggi juga. Ngomong-ngomong, masih adakah antusiame itu hingga sekarang?

Begitu banyak hal yang dapat dengan mudahnya memadamkan antusiasme kerja seseorang. Untuk sekedar membicarakannya setelah menjalani masa kerja beberapa tahun rasanya kok tidak lucu lagi. Tetapi, jika bara antusiasme kerja Anda tidak dibangkitkan lagi, maka lama kelamaan akan padam seperti bara api yang tidak dirawat. Jika Anda tertarik untuk menyalakannya kembali, saya hadiahkan 5 catatan sebagai bekal dalam melakukannya.

1. Persoalan didalam diri Anda, bukan faktor dari luar. Perhatikan bahwa kondisi kantor yang membuat Anda kehilangan antusiasme itu berlaku juga kepada orang lain. Boss yang penuntut, system yang belum terbentuk, kenaikan target yang ugal-ugalan. Dalam kondisi yang berlaku umum seperti itu kok masih saja ada orang-orang yang tetap antusias ya? Jika Anda kehilangan antusiasme, maka sebentar lagi juga Anda akan tergilas oleh semangat orang lain yang tetap antusias. Jadi, ternyata bukan soal lingkungan. Antusiasme itu adalah soal didalam diri Anda sendiri.

2. Raga Anda butuh Oksigen, begitu pula Jiwa Anda. Antusiasme itu bagaikan oksigen yang menghidupi seluruh sel didalam sekujur tubuh Anda. Jika tubuh Anda kekurangan oksigen, maka proses metabolisme penghasil energy tidak bisa berjalan semestinya; dan tubuh Anda pun menjadi lemah. Tanpa antusiasme, jiwa Anda tidak memiliki cukup energy untuk melakukan tindakan apapun. Lihatlah orang yang tidak antusias, mereka terlihat malas, bukan? Beri jiwa Anda antusiasme yang terus menerus menggelora, maka Anda akan selalu memiliki tenaga melimpah ruah untuk melakukan apa saja dalam hidup Anda.

3. Mintalah penugasan-penugasan baru. Coba perhatikan bayi-bayi mungil disekitar Anda. Berikanlah kepada mereka hal-hal baru, atau mainan-mainan baru; maka mata mereka langsung berbinar dan tangan mereka langsung menggapai-gapai. Beberapa puluh tahun yang lalu, Anda juga lucu dan antusias seperti itu. Jika sekarang Anda membutuhkan sesuatu yang bisa mengobarkan kembali antusiasme Anda, maka mintalah penugasan baru kepada atasan Anda. Sesuatu yang benar-benar menantang dan memompa adrenalin Anda. Maka Anda akan menemukan semangat para bayi didalam diri Anda. Hanya saja, Anda harus ingat bahwa tugas-tugas baru tidak selalu berarti jabatan baru. Tidak selalu tersedia jabatan baru, tapi akan selalu ada tugas-tugas baru yang menanti Anda secara proaktif merangkulnya.

4. Antusiasme itu memancarkan energy positif. Interaksi dengan orang lain melibatkan energy yang tidak kelihatan secara fisik atau sering disebut sebagai aura. Anda tidak perlu memiliki kesaktian untuk mengetahui apakah seseorang yang Anda temui itu mempunyai aura positif atau tidak. Anda bisa merasakannya tanpa berkata-kata. Kepada orang yang auranya positif, Anda pasti suka. Demikian pula halnya orang lain yang pasti akan suka kepada Anda yang mampu memancarkan aura positif. Sungguh, tak seorang pun tahu persis bagaimana ‘membuat’ energy positif. Namun kita tahu bahwa antusiasme memancarkan energy positif itu. Jadi, antusiaslah. Dengan sendirinya Anda memiliki energy positif yang melimpah. Dan Anda pun seperti baru terlahir kembali.

5. Turbin Antusiasme berada didalam iman. Seseorang yang beriman kepada Tuhan tentu yakin bahwa setiap detik dalam hidupnya dinilai oleh Tuhan untuk ditukar dengan imbalan yang tak ternilai harganya. Itulah sebabnya, mengapa orang-orang yang beriman dengan benar tidak pernah membiarkan hidupnya tersia-siakan. Orang yang antusiasmenya rendah sering membiarkan waktu berlalu begitu saja. Sedikit berbuat dan enggan bertindak. Sedangkan orang yang memiliki antusiasme tinggi terus memacu dirinya untuk terus berkontribusi kepada hidup. Karena dia percaya, bahwa tujuan dari setiap tindakannya di rumah, di kantor, dimana saja adalah untuk Tuhannya. Maka hidupkanlah iman. Karena iman akan menekan tombol ‘ON’ pada generator pembangkit antusiasme yang memberi energy, dan menerangi jalan hidup Anda.

Tidak ada orang antusias yang malas. Tidak ada orang antusias yang lemas. Tidak ada orang antusias yang membiarkan hidupnya terombang-ambing oleh faktor luar dan lingkungan yang melemahkannya. Orang-orang antusias adalah mereka yang bersedia mengambil tanggungjawab pribadi. Mencurahkan seluruh energy untuk menuntaskan tugas-tugasnya. Dan memastikan bahwa hasil karyanya berkualitas tinggi, dan berkelas. Begitulah sifat orang-orang antusias.

Mari Berbagi Semangat!


diteruskan oleh JOJO

Dadang Kadarusman

Catatan Kaki:

Orang-orang yang Antusias tidak pernah kehilangan semangat untuk menghadapi apapun dalam hidupnya.

Jumat, 20 Mei 2011

Menjalankan Kerja Sampingan Bagi Karyawan


Kesadaran orang untuk menjadi pengusaha akhir-akhir ini semakin bertambah saja. Apalagi sudah pembicara dan buku yang memprovokasi orang untuk menjadi pengusaha. Bahkan tidak sedikit yang secara keliru, salah kaprah, dan semberono menyebutkan bahwa menjadi pengusaha itu lebih baik daripada menjadi karyawan. Perlu kita sadari bahwa derajat antara pengusaha dan karyawan itu sama. Peran pentingnya sama. Kemuliaannya juga sama. Anda boleh memilih mana yang cocok bagi Anda, lalu jadilah orang yang berhasil dalam bidang yang Anda pilih itu.

Seorang karyawan yang ingin berpindah kuadran menjadi pengusaha, biasanya memulai dengan usaha sampingan sambil terus bekerja sebagai karyawan. Selain cara ini relatif lebih aman dari sisi konsekuensi resiko kegagalan, juga kelihatannya sudah mulai menjadi trend. Jika Anda termasuk karyawan yang memiliki bisnis sampingan, ada baiknya untuk menyimak dan mengindahkan 5 aspek berikut ini.

1. Hindari mengerjakan pekerjaan sampingan di jam kerja. Tidak ada investor yang rela para pekerjanya melakukan pekerjaan sampingan di jam kerja. Anda bisa berkilah;’yang penting pekerjaan saya sudah selesai.” Coba saja tanyakan langsung kepada pemilik perusahaan jika Anda yakin argumen Anda itu benar. Kecuali Anda bekerja secara part timer, atau dipekerjakan dengan kontrak khusus, maka di jam kerja; tidak sepatutnya Anda melakukan pekerjaan sampingan pribadi Anda. Jadi, sebaiknya pastikan pekerjaan sampingan dilakukan pada waktu pribadi Anda.

2. Hindari menggunakan fasilitas kantor untuk pekerjaan sampingan Anda. Telepon, komputer, kertas dan stationary sering menjadi objek penyalahgunaan mereka yang memiliki bisnis sampingan. Anda, tidak perlu meniru-meniru hal seperti itu. Jika pun pernah melakukannya dimasa lalu, segeralah berhenti sebelum segalanya terlambat. Belilah perlengkapan sendiri, pulsa sendiri dan bisnis tools sendiri, sehingga Anda tenteram, damai, dan sejahtera lahir batin tanpa mengkhawatirkan suatu saat nanti seseorang mengetahui penyalahgunaan yang Anda lakukan.

3. Hindari berbisnis sampingan yang secara langsung berkompetisi dengan kantor Anda. Memang mudah untuk merebut pelanggan dari perusahaan tempat Anda bekerja. Jika mereka biasa membeli dari kantor, hanya dengan harga 10% lebih rendah saja mereka bisa berpindah kepada bisnis sampingan Anda. Masalahnya, cara berbisnis seperti itu sungguh tidak beretika. Jika Anda yakin bahwa bisnis pribadi Anda itu layak untuk diperjuangkan, sebaiknya resign saja dari perusahaan itu lalu Anda bersaing secara sehat. Atau, Anda pindah ke perusahaan lain yang bisnisnya berbeda dengan bisnis pribadi Anda.

4. Patuhilah peraturan yang berlaku di perusahaan Anda. Boleh jadi perusahaan telah membuat panduan yang mengatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan sampingan karyawan. Jika perusahaan Anda memiliki peraturan seperti itu, maka patuhilah. Jika tidak ada peraturan secara khusus, maka gunakanlah kaidah umum yang berlaku. Jika Anda masih bingung untuk bersikap seperti apa, maka bayangkanlah Anda memiliki karyawan yang bekerja di perusahaan Anda; kepatuhan seperti apa yang Anda ingin dari karyawan Anda? Lalu, lakukanlah.

5. Bangunlah bisnis diatas dasar kehormatan dan kejujuran Anda. Jika perusahaan Anda sudah besar nanti, pasti Anda tidak suka jika karyawan Anda menggunakan fasilitas kantor Anda untuk kepentingan bisnis pribadi mereka. Maka, mulailah dengan kehormatan dan kejujuran Anda sejak saat ini. Jika tidak, maka boleh jadi Anda akan terkena karma di kemudian hari.

Memiliki bisnis atau pekerjaan sampingan adalah hak setiap orang. Tetapi, hendaknya hal itu tidak menjadi preseden buruk bagi perusahaan tempat kerjanya secara formal maupun bagi karyawan itu sendiri. Selamat berbisnis.

Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO

oleh Dadang Kadarusman

Selasa, 17 Mei 2011

Apa Yang Diharapkan Oleh Bawahan Dari Atasannya ??


Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Menjadi seorang atasan adalah impian setiap karyawan. Tentu karena itu identik dengan jabatan yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih banyak, dan kebanggaan yang lebih besar. Makanya setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi atasan. Lantas apabila sudah menjadi atasan, apakah semuanya selesai sampai disana?

Anda, tentu ingin menjadi atasan yang memiliki kebanggaan. Apa gunanya menjadi atasan jika disepelekan oleh bawahan, atau hanya sekedar menjadi boneka yang tidak memiliki karisma. Menjadi atasan bukan sekedar soal kedudukan, penghasilan, atau kebanggaan. Menjadi atasan adalah soal memimpin secara de facto dan memberi pengaruh positif kepada unit kerja yang kita pimpin. Untuk bisa memenuhi fungsi itu, maka seorang atasan harus memahami apa yang diharapkan oleh bawahannya. Saya merangkum 5 hal yang diharapkan oleh bawahan dari atasannya sebagai berikut.

1. Keteladanan. Tidak ada perintah yang lebih ampuh dari keteladanan. Dengan keteladanan bahkan seorang atasan tidak perlu berkata-kata lagi untuk mendorong anak buahnya melakukan sesuatu. Sebaliknya, tanpa keteladanan; perintah Anda hanya akan diikuti dengan gerutuan bawahan. Misalnya, Anda berkata; ‘Jangan datang terlambat ke kantor!”. Jika Anda sendiri sering terlambat, maka bawahan Anda hanya akan menganggap perintah Anda sebagai lelucon belaka. Namun, jika Anda sendiri tepat waktu, maka bawahan Anda akan belajar untuk berdisiplin.

2. Bersikap adil. Setiap orang sangat ingin diperlakukan secara adil. Dengan keadilan, maka atasan memberi teguran atau sanksi yang pantas kepada bawahan yang berbuat kesalahan, dan memberi pujian atau reward yang patut kepada mereka yang telah menunjukkan kesungguhan. Keputusan dibuat bukan berdasarkan kedekatan atau hubungan primordial belaka, melainkan karena kompetensi, profesionalisme, dan kontribusi masing-masing. Meskipun ada saja bawahan yang mungkin tidak puas, tetapi kepada atasan yang adil; mereka tetap menaruh respek yang tinggi.

3. Penilaian yang objektif. Atasan memiliki kekuasaan untuk memberikan penilaian. Setidak-tidaknya, sekali dalam setahun melalui performance appraisal process. Dalam keseharian, penilaian juga dilakukan terhadap kualitas kerja dan kedisiplinan bawahan. Hampir tidak ada kontrol terhadap kualitas penilaian atasan, sehingga faktor subyektivitas kadang-kadang mempengaruhi penilaian. Tetaplah bersikap objektif, karena dengan sikap objektif itu Anda bisa memberikan penilaian yang benar-benar fair dan dapat dipertanggungjawabkan. Bawahan Anda juga akan belajar untuk semakin memperbaiki perilaku dan kinerjanya, karena mereka tahu bahwa faktor kedekatan atau basa-basi tidak akan bisa mempengaruhi penilaian Anda.

4. Memberi kesempatan untuk berkembang. Seperti halnya Anda yang menginginkan perkembangan karir dan pendapatan, bawahan Anda juga sama. Para bawahan sangat mengharapkan atasan yang senantiasa bersedia untuk memberi ruang kepada perkembangan pribadinya. Apakah Anda melakukannya dengan mengirimkan mereka pada sebuah pelatihan, memanggilkan trainer dari luar, atau boleh jadi sekedar membangun lingkungan kondusif yang memungkinkan terjadinya pertukaran ilmu, pengetahuan, dan keterampilan sesama mereka. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan, bahkan tanpa biaya sekalipun.

5. Memperhatikan masa depannya. Pertanyaan yang selalu ada dalam benak setiap bawahan adalah; akan menjadi seperti apakah masa depan saya? Sebagian dari mereka bahkan berdebar-debar dengan status kontraknya, apakah akan diperpanjang atau tidak. Sebagai atasan, Anda bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masa depan mereka akan baik-baik saja. Ajaklah mereka untuk berkontribusi semaksimal mungkin, agar semakin memudahkan Anda dalam memperjuangkan nasib mereka. Dengan demikian; Anda mendapatkan komitmen kinerja bawahan, sedangkan bawahan mendapatkan komitmen dari Anda untuk berupaya semaksimal mungkin memperhatikan masa depan karir mereka.

Tidak ada atasan yang sempurna. Namun, ada diantara atasan yang benar-benar menggunakan kedudukannya untuk menyokong kebutuhan dan harapan-harapan bawahannya. Meskipun tidak mungkin untuk memuaskan semua orang, tetapi selama Anda mampu memenuhi ke-5 harapan diatas, yakinlah; Anda bisa menjadi atasan yang layak untuk dibanggakan.

Mari Berbagi Semangat!


diteruskan oleh JOJO

Dadang Kadarusman - 18 Mei 2011


Catatan Kaki:

Menjadi atasan itu adalah amanah kepemimpinan. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.