Minggu, 12 Juni 2011

Teknik Memilih Atasan

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Riset menunjukkan bahwa hubungan dengan atasan sangat menentukan betah atau tidaknya seorang bawahan bekerja di perusahaan atau unit kerja tertentu. Sudah bukan rahasia umum lagi jika bawahan seolah-olah selalu berada dalam posisi yang paling lemah. Padahal, antara atasan dengan bawahan itu ada kesetaraan. Kita mengira hanya atasan yang bisa menentukan siapa orang yang layak menjadi bawahannya, padahal bawahan pun bisa memilih atasannya. Penasaran?

Harus saya akui bahwa tidak 100% orang yang memimpin saya adalah orang-orang pilihan saya. Tetapi selama karir professional saya, bisa saya pastikan bahwa sebagian besar mantan atasan saya adalah orang-orang yang saya pilih sendiri untuk memimpin saya. Tentu saja ada ilmunya. Bagi Anda yang tertarik untuk belajar memilih dan menentukan siapa atasan yang tepat untuk dirinya, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:

1. Hindari mengambil kesimpulan dari kesan pertama. Dalam wawancara, calon atasan yang tertarik kepada Anda tentu berusaha menampilkan kesan positif agar Anda mau bergabung dengan teamnya. Banyak orang terjebak dengan kesan pertama pada pertemuan dengan calon atasannya. Tidak sedikit yang menyesal telah pindah dari perusahaan lama, lalu menyesal karena ternyata di perusahaan baru dia tidak cocok dengan gaya memimpin atasan barunya. Kesan pertama itu penting, tapi tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Hindarilah mengambil kesimpulan tentang kecocokan Anda dengan calon atasan hanya dari kesan yang muncul pada pertemuan pertama dalam wawancara.

2. Ikuti rapat yang dipimpinnya. Rapat adalah tempat yang tepat untuk menilai gaya memimpin calon atasan Anda. Dalam rapat itu, Anda bisa mendapatkan gambaran bagaimana calon atasan memperlakukan bawahannya. Apakah dia bersedia mendengarkan pendapat bawahannya. Apakah dia menerima gagasan-gagasan bawahannya. Apakah dia terbuka dengan masukan bawahannya. Apakah dia menghargai bawahannya. Kata-katanya, sorot matanya, nada suaranya, cara menyampaikan gagasannya, cara mengambil keputusannya; bisa Anda kenali dalam rapat kerja dengan bawahanya. Rapat bisa menjadi potongan adegan yang mewakili film perjalanan calon atasan dalam memimpin anak buahnya. Cobalah cari peluang untuk mengikuti rapat calon atasan Anda dengan para anak buahnya.

3. Cari informasi dari para bawahannya. Berusahalah untuk mengenali beberapa anak buah calon atasan Anda. Ajaklah makan siang lalu berbicaralah tentang pengalamannya bekerja di team yang dipimpin oleh calon atasan Anda. Sudut pandang beberapa anak buahnya bisa memberi gambaran bagaimana calon atasan Anda memperlakukan anak buahnya, dan bagaimana bentuk kecocokan interaksi diantara mereka. Anda pun bisa memperkirakan bentuk hubungan seperti apa yang akan terjalin antara Anda dengan calon atasan Anda; dengan mengolah informasi yang Anda dapatkan dari para bawahannya.

4. Renungkan kembali hubungan Anda dengan atasan sekarang. Banyak orang yang sudah terlanjur ‘mengganti atasan’ lalu menyesal dengan atasan barunya yang ternyata tidak lebih baik dari atasan lama yang ditinggalkannya. Sebelum Anda mengambil keputusan untuk mencari atasan lain, renungkanlah kembali; apakah hubungan Anda dengan atasan sekarang itu sudah sedemikian buruknya? Benarkah gaya kepemimpinan atasan Anda itu sudah sedemikian menyebalkannya? Atau mungkin, Anda sendirilah yang belum benar-benar memahami dan menyesuaikan diri dengannya.

5. Bertanya kepada Tuhan. Tidak ada yang benar-benar mengetahui rahasia perangai dan perilaku asli seseorang selain Tuhannya. Tuhan Anda adalah Tuhan yang sama dengan calon atasan Anda. Maka tanyakanlah kepada-Nya apakah dia benar-benar atasan yang tepat bagi Anda. Pejamkanlah mata. Tengadahkanlah telapak tangan. Bisikanlah permohonan;”Tuhan, tolong tunjukkan kepadaku apakah dia benar-benar bisa menjadi atasan yang tepat bagiku…..” Rasakan getaran hati Anda. Fahami tanda-tanda yang terjadi setelah doa itu. Dan tentukanlah pilihan Anda.

Anda memiliki kemerdekaan untuk memilih atasan. Gunakan kemerdekaan itu sebaik-baiknya sehingga Anda bisa memiliki atasan yang benar-benar mendekati harapan-harapan ideal Anda. Gunakanlah kemerdekaan itu, untuk merenungkan kembali; boleh jadi masalahnya bukan pada atasan, melainkan pada diri Anda sendiri. Gunakanlah kemerdekaan itu untuk memperbaiki kualitas hubungan dengan atasan Anda. Baik atasan yang sekarang, maupun atasan di masa depan.

Mari Berbagi Semangat!

diteruskan oleh JOJO

Dadang Kadarusman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar